Tuesday 3 December 2013

YOWAMUSHI PEDAL

yowamushi pedal

Sakamichi Onoda adalah seorang otaku yang baru saja masuk SMA. Sebelumnya pada saat SMP dia tidak punya teman untuk membicarakan hal-hal tentang anime, manga, game dan hal-hal lainna yang berkaitan dengan otaku dan ia berharap untuk dapat masuk ke klub anime di sekolah barunya.
Onoda bersepeda dengan sepeda mamachari, yaitu sepeda yang digunakan untuk pergi berbelanja dan dipakai untuk jarak pendek, yang biasa dipakai Onoda untuk pergi membeli keperluan sehari-hari atau barang-barang yang dibelinya dari Akihabara.
Suatu hari, salah satu murid baru di SMA Onoda, Shunsuke Imaizumi, yang merupakan seorang pesepeda handal, melihat Onoda bersepeda melalui jalanan berbukit. Imaizumi dan teman sesama murid barunya, Shokichi Naruko, yang terkesima dengan kemampuan Onoda, ingin mengajak Onoda ke klub bersepeda. Bagaimana kisah Onoda dalam klub sepeda tersebut?

Silahkan di download dan semuanya bersubtitel Indonesia..
sepeda dan sepeda...

Cara Download..
Klik link download maka akan muncul seperti ini :

tusfile download
Kemudian hilankan tanda centang pada kotak kecil dibawah tulisan download dan tekan "Download File".

Download :
yowamushi pedal episode 1
yowamushi pedal episode 2
yowamushi pedal episode 3
yowamushi pedal episode 4
yowamushi pedal episode 5
yowamushi pedal episode 6
yowamushi pedal episode 7
yowamushi pedal episode 8
yowamushi pedal episode 9
yowamushi pedal episode 10
yowamushi pedal episode 11
yowamushi pedal episode 12
yowamushi pedal episode 13
yowamushi pedal episode 14
yowamushi pedal episode 15
yowamushi pedal episode 16
yowamushi pedal episode 17
yowamushi pedal episode 18
yowamushi pedal episode 19
yowamushi pedal episode 20
yowamushi pedal episode 21
yowamushi pedal episode 22 

ESTETIKA SENI ZAMAN KLASIK

Berikut ini adalah file Power Point dan kumpulan-kumpulan artitel dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Estetika di Zaman Seni Rupa Klasik. Berisikan tentang ciri khas karya Seni Rupa di setiap alirannya. Diantaranya yaitu Seni Rupa zaman Romawi dan Yunani Kuno, Reneisans, Seni Rupa Abad pertengahan, Seni Rupa Barok dan Rokoko, Neoklasik, Romantik, Realis dan juga Seni Rupa Klasik Indonesia.

Silahkan Download Di sini

Saturday 16 November 2013

PANTAI AIR MANIS TAK LAGI MANIS

Pantai air Manis
Siapa yang tak kenal dengan pantai Air Manis. Pantai yang menjadi tujuan wisatawan lokal dan dan wisatawan asing ini bisa dikategorikan pantai yang indah. Ombak yang bergulung-gulung seperti memanggil kita untuk segera berlari kesana dan mandi. Pantainya tidak langsung dalam seperti pantai lainnya. Banyak juga orang melakukan olah raga air disini (surfing).

Selain itu terdapat pesona lainnya, yaitu terdapat batu Malin Kundang, yaitu sebuah legenda yang terkenal dari Minangkabau. Legenda yang bercerita tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya yang kemudian dikutuk ibunya menjadi batu. Di pinggiran pantai Air Manis inilah terdapat batu Malin Kundang ini.

Pantai Air Manis terletak di daerah Padang Selatan. Tidak begitu sulit untuk menuju pantai Air Manis. Dari pusat kota langsung saja menuju ke arah pesisir. Sebelum tiba di teluk bayur, di daerah Mata Air akan ada simpang yang berbelok ke kanan dengan rambu penunjuk Pantai Air Manis.

Untuk menuju kesini, kita harus naik bukit dahulu dan bisa di tempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Biasanya untuk kendaraan roda empat hanya sebatas bus pariwisata saja. Dan itupun jarang, karena jalannya terbilang sempit dan kecil. Tapi bagi yang ingin bersepeda juga bisa, namun harus memiliki fisik yang kuat dan terlatih, karena untuk datang dan pergi dari pantai harus naik dan turun bukit dulu.

Tak tahu kenapa dinamakan pantai air manis, yang jelas air nya tetap saja asin, karena air laut. Tapi pemandangannya yang manis. Cocok untuk berwisata dan piknik. Banyak pohon-pohon besar di pinggiran pantai yang membuat pantai terasa sejuk. Dan cukup membayar retribusi Rp 5000 per orang dan parkir Rp 5000 untuk kendaraan roda dua. Tak tahu kalau menggunakan roda empat, berapa parkirnya.

Tapi sayang sekali saya sangat terusik dengan pemandangan pantai saat ini. Ya jelas tentu oleh akibat ulah tangan manusia yang tak bertanggung jawab, sehingga manisnya pemandangan di pantai Air Manis sangat terganggu. Saya hanya bisa merasa sedih melihat pemandangan pantai seperti ini. Bukan seperti tempat wisata lagi, tapi seperti Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
Pulau pisang

Kotor
Entah dari mana asalnya sampah-sampah ini. Yang jelas manusialah yang membuang sampah ini. Entah dari laut, entah mereka sengaja membuang sampah ini di pinggir pantai, yang jelas manusia lah yang membuang sampah-sampah ini.

Saya tak tahu lagi mau bilang apa setelah menyaksikan pemandangan seperti ini. Tak tahu mau berkata apa, tak tahu mau membuat apa. Malu rasanya jika ada seseorang yang mau datang kesini dan saya yang mengantarkannya. Mau bilang apa saya lihat pemandangan seperti ini.

Pantai air manis yang tak lagi manis. Hati miris dan mata rasa mau nangis pas lihat pantai air manis yang tak lagi manis. Hanya tangan-tangan egois yang akan membuat semua yang manis ini menjadi habis....

Saturday 2 November 2013

BERBEDA ITU INDAH (tigo)

Rute hari terakhir ini hanya rute biasa saja. Tak banyak yang akan saya ceritakan pada rute terakhir kali ini. Bukittinggi-Padang (kos-kosan saya) hanya berjarak sejauh kurang lebih 86 km, dengan trek rata-rata menurun. Kebalikan dari trek pertama dari Padang menuju Batu Sangkar, yang dominan mendaki. Tapi sebelumnya saya akan bercerita tentang beberapa panorama indah yang berada di Bukittinggi.

Saya tak banyak mengunjungi tempat-tempat wisata di Bukittinggi. Hanya ke Taruko saja. Taruko terletak di kawasan Ngarai Sianok. Entah sudah berapa kali saya ke Ngarai Sianok. Sedari kecil sejaka sering dibawa oleh Almarhum kakek saya ke Bukittinggi, entah sudah berapa kali saya menginjakkan kaki di Ngarai Sianok ini. Tapi kali ini saya hanya lewat saja. Saya penasaran ke tempat yang namanya Taruko. Memang sudah sering mendengar nama tempat ini, tapi ini untuk yang pertama kalinya saya ke sini.

Ditemani Bang Rahmat, saya berangkat sekitar jam 9 dari rumahnya. Tapi sebelum ke Taruko, saya sempatkan dulu untuk mengambil beberapa foto di Balai Kota Bukittinggi. Terdapat pemandangan yang bagus di Balai Kota, hanya saja saya kurang beruntung karena cuaca pagi ini mendung. Jadi puncak gunung marapi tertutup awan, hanya gunung singgalang yang kelihatan seluruh bagiannya. Sungguh indah saya bayangkan jika kedua gunung ini tampak pada saat cuaca cerah. Mungkin lain kali kesempatan akan memberikan saya pemandangan seperti yang saya inginkan.

Gunung Marapi (tertutup awan) dan Gunung Singgalang dari Balai Kota Bukittinggi


Dari Balai Kota, saya langsung bergerak menuju Taruko. Sama seperti tadi. Pemandangan gunung singgalang kali ini juga tertutup awan. Jadi puncaknya tidak kelihatan juga. Tapi tidak apa lah, pemandangan Taruko memang indah. Bukit berdiri dan pas di puncak bukit terdapat sebuah pohon. Bang Rahmat menjelaskan bahwa pada awalnya bukit ini lumayan besar, mungkin karena terkikis air hujan terus menerus, bukitnya sekarang menjadi agak kecil. Mungkin 10 atau 20 tahun kemudian bisa jadi bukitnya memang betul-betul hilang.

Pemandangan di Taruko
Tak bisa lama-lama saya di sini. Ada amanah satu lagi yang harus saya penuhi, yaitu berkeliling mensurvei hotel-hotel yang ada di Bukittinggi. Perjalanan keliling Bukittinggi ini saya lakukan sendiri setelah makan siang. Saya tak mau merepotkan Bang Rahmat untuk mengantarkan saya keliling Kota.

Setelah jam 3, saya berangkat dari Bukittinggi menuju Padang. Suasana hujan mengguyur saya semenjak mulai berangkat dari Bukittinggi. Tapi tidak masalah, karena saya suka hujan. Hanya saja harus lebih berhati-hati karena jalan licin, turunan dan kendaraan ramai. Malam ini juga saya harus sampai di kosan.

Yang harus diperhatikan ketika melaui jalan antara Bukittinggi menuju Padang ini, harus ekstra hati-hati. Karena semua kendaraan menggila dan jalannya tidak terlalu lebar. Hanya pas untuk dua kendaraan besar. Seperti yang telah saya sebutkan pada posting sebelumnya, jalanan penuh sesak, semuanya penuh, jadi kehati-hatian juga harus penuh. Pada rute kali ini saya hampir saja diserempet truk dengan kecepatan mungkin 60 km/jam sebanyak tiga kali. Mungkin jika saya ukur jarak dari handlebar ke bagian sisi truk yang paling dekat dengan saya nyaris satu jengkal lagi. Dan saya harus mengalah turun ke bahu jalan untuk menghindari kecelakaan. Tiga kali ini hampir terjadi. Ingin rasanya meneriaki si supir untuk hati-hati. Tapi apalah daya, suara ini lebih kecil dibandingkan dengan deru mesin truk besar itu.

Yah, pesan saya lebih hati-hati dan hati-hati.

rute Bukittinggi-Padang
Elevasi ketinggian Bukittinggi-Padang

Semua data diambil dari http://bikeroutetoaster.com

Friday 1 November 2013

BERBEDA ITU INDAH (duo)

Pada hari kedua ini, Sabtu 19 Oktober 2013 hampir sama saja dengan hari pertama, jarak yang di tempuh sejauh 102 km dari Batu Sangkar samapi ke Jam Gadang di Bukittinggi. Berbedaannya adalah pada hari ini saya tidak melalui jalur utama seperti hari sebelumnya. Bisa saya katakan hanya jalan kabupaten yang saya lalui pada hari kedua ini.

Seperti yang saya katakan pada cerita sebelumnya, tujuan utama bersepeda kali ini adalah melihat rumah dari seseorang yang telah mensupport saya untuk turing, yaitu di daerah Lintau. Lintau masih termasuk ke daerah Kabupaten Tanah Datar yang beribu kota di Batu Sangkar. Jarak antara Batu Sangkar dan Lintau sekitar 32 km. Sebenarnya jika hendak menuju Lintau ada dua alternatif jalur dari Batu Sangkar, yaitu melalui Sitangkai dan jalur yang saya lewati ini.

Setelah mendengar dari penjelasan teman dimana saya numpang untuk istirahat malam tadi, jarak antara Batu Sangkar ke Lintau via Sitangkai sekitar 45 km, dengan kondisi jalan relatif flat. Tapi tidak diketahui juga seberapa datar elevasi jalannya. Sedangkan jalur yang akan saya lalui dia mengatakan bahwa akan nanjak terlebih dahulu sekitar 10 km. kemudian hanya turun saja sampai ke Lintau.

Pelajaran yang saya ambil pengalaman selama ini tentang masalah jalur, saya tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan orang-orang seberapa jauh jarak yang akan di tempuh. Sekali lagi jangan terlalu percaya, dan saya tidak akan pernah percaya. Karena setiap orang jika ditanyakan tentang jarak, senua jawabannya akan selalu berbeda. Masih bisa ditoleransi jika perbedaan jaraknya hanya berbeda 1 kilo atau 2 kilo saja, tapi tetap saja bermasalah jika 1 km atau 2 km tersebut jalannya terus nanjak. Makanya saya tidak pernah percaya dengan apa yang dikatakan orang.

Untuk mensiasati masalah ini, trik yang saya lakukan adalah dengan mensurvei jalur terlebih dahulu, yaitu dengan cara memanfaatkan teknologi internet dan pemetaan. Diantara banyaknya program, aplikasi, website tentang pemetaan jalur, yang paling sering saya gunakan adalah aplikasi google earth, website google maps, dan menurut saya yang paling akuran dan sangat membantu adalah sebuah website yang sepertinya dibuat khusus untuk membantu para peturing yang akan merencanakan perjalanannya. Websiter tersebut adalah http://bikeroutoaster.com

Website pemetaan bumi ini hampir sama dengan website google maps dan software google earth, hanya saja bedanya kita diberi kemudahan dalam mencari jalur.. Disana langsung dilampirkan elevasi dari jalan yang akan kita lalui, berapa waktu yang akan kita tempuh dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya bisa langsung dibuka websitenya dan dicobakan sendiri.

Satu lagi yang paling terpenting dalam perjalanan saya, yaitu sebuah gadget berupa smartphone. Dan yang saya gunakan saat ini adalah smartphone android produksi Sony Ericsson Xperia Mini yang di dalamnya telah tertanam sebuah teknologi pemetaan atau disebut dengan GPS (Global Positioning System).

Smartphone android ini saya manfaatkan kepintarannya (sesuai dengan istilahnya smartphone atau hanphone pintar) untuk memetakan dan mengetahui posisi saya. Selain akses dari situs bikeroutetoaster.com yang bisa diakses melaui smartphone, sebuah aplikasi penting ini juga saya pasang di dalamnya. Aplikasi tersebut adalah aplikasi GPS "Navitel Navigator". Untuk aplikasi ini telah saya posting pada posting sebelumnya. Kehebatannya adalah ketika dalam posisi tidak ada sinyal dari operator GSM yang kita gunakan, Navitel Navigator tetap bisa digunakan sebagai petunjuk arah karena aplikasi ini langsung terhubung dengan satelit GPS.

Setahu saya biasanya kalau kita menggunakan aplikasi pemetaan pada smartphone kita hanya menggunakan aplikasi Maps, dan itu harus memiliki koneksi ke internet untuk mendownload peta nya. sedangkan GPS nya bekerja sebagai pemberi tahu posisi kita saja. Berbeda dengan aplikasi navitel yang maps nya sudah diikutsertakan di dalam (harus instal maps terlebih dahulu), kita bisa mengetahui dimanapun posisi kita dengan petunjuk arah yang jelas.

Lanjut ke perjalanan menuju Lintau.

Lintau tidaklah jauh dari Batu Sangkar, hanya 33 km dan hanya sekitar 30 atau 40 menit saja jika menggunakan motor. Tapi jika mengayuh, setengah hari habis sudah waktu kita di jalan untuk menuju Lintau. Tak jauh memang. 18 km tanjakan yang lumayan berat. Hampir sama dengan tanjakan menuju Padang Panjang dari arah kota Padang. Tanjakan paling berat yaitu sekitar 6 km menuju puncak Pato.

Tak jauh beda tanjakannya dengan Padang Panjang, hanya saja berbeda suasana di jalannya. Padang menuju Padang Panjang semuanya penuh. Penuh dengan asap, penuh dengan semeraut jalan. Penuh dengan kendaraan besar, penuh dengan kendaraan kecil, penuh dengan motor, penuh kecepatan mereka berkendara, penuh sesak, penuh debu, penuh emosi, jika saya lanjutkan dengan kata penuh, maka penuhlah isi tulisan ini.

Tanjakan menuju puncak pato kebalikannya. Sangat lengang, sangat indah, sangat bersahabat, sangat segar udaranya, sangat cantik pemandangannya, sangat bersemangat juga mengayuhnya, dan juga sangat lapar karena keenakan mengayuh sepedanya. Seperti itulah kira-kira gambaran dari kedua tanjakan yang saya bisa kasih rating dengan bintang 4. Untuk bintang 5 nya saya berikan kepada tanjakan Sitinjau laut jalan dari Padang menuju Solok. Saya rasa setelah merasakan tanjakan-tanjakan yang ada di sumatera barat, tanjakan sitinjau ini lah yang paling maut.

pemandangan dari batu Sangkar Sebelum Puncak Pato

pemandangan dari batu Sangkar Sebelum Puncak Pato

pemandangan dari batu Sangkar Sebelum Puncak Pato

Mengapa tidak? Bisa dibayangkan dengan jarak dari pusat kota Padang ke Puncak atau perbatasan antara Kota Padang dan Kabupaten solok hanya berjarak sekitar 26 km. Kota Padang berada di ketinggian sekitar 2 mdpl. Sedangkan puncak tanjakan berada di ketinggian sekitar 900 mdpl. itu hanya di tempuh sepanjang 26 km dan membelah gunung Talang. Semuanya penuh, seperti penuh yang saya sebutkan di atas. satu lagi tambahan untuk tanjakan sitinjau, yaitu FULL tanjakan. hanya beberapa puluh meter saja kita diberikan kesempatan untuk menghela nafas jika tidak mau berhenti diantara jalan sepanjang 26 km tanjakan itu.

Tanjakan sepanjang 18 km ini lah yang membuat saya termenung dan berfikir. Mikir kapan tanjakan ini akan habis. Oh tidaaaaakk, fikiran saya berubah ketika saya melihat betapa indahnya pemandangan yang disuguhkan di sepanjang kiri dan kanan jalan. Mulai dari sawah, pemukiman penduduk, pemandangan gunung Marapi yang berdiri kokoh, sampai ada satu yang membuat fikiran ini benar-benar berubah. Yaitu pemandangan asli dari rumah-rumah adat minangkabau, dengan ciri khas atap gonjongnya, dan rumah-rumah tua itu masih berdiri berjejer seperti di komplek perumahan, walaupun ada sebagian rumah yang sudah rapuh dan tidak lagi berdiri tegak karena kayu penopang rumah sudah rapuh termakan usia.

Pemandangan ini seumur hidup baru saya temukan di sini. Walaupun sudah menginjakkan kaki di tanah jawa, saya belum pernah melihat pemandangan yang seperti ini. Seperti berada di zaman lampau, saat rumah-rumah modern belum banyak berdiri. Hanya rumah-rumah tradisional saja yang berdiri. Pemandangan seperti ini terdapat di sebuah perkampungan atau yang dikenal dengan nama nagari, yaitu Nagari Minangkabau dan Nagari Andaleh Baruh Bukik.

Nagari Minangkabau, dari namanya saja saya sudah memiliki ribuan pertanyaan di dalam kepala ini. Apakah suku Minangkabau awalnya dari sini? Mengapa di Nagari Minangkabau ini selama perjalanan tidak saya temukan sebuah rumah gadang yang sepesial? Apakah ada rumah Gadang yang Sepesial itu? Banyak pertanyaan yang terlintas di kepala ini saat melintasi Nagari Minangkabau ini. Hanya saja saya tak berhenti untuk menanyakan pertanyaan-pertnyaan saya kepada warga masyarakat. Saya pikir bakal panjang urusannya jika saya berhenti menanyakan perihal nama Nagari Minangkabau ini. Akhirnya saya putuskan untuk tetap lanjut tanpa berhenti untuk istirahat dan mengambil moment gambar di Nagari Minangkabau.

Hingga saya kayuh sepeda melewati Nagari Andaleh Baruh Bukik. Momen ini saya manfaatkan untuk memotret dengan kamera saku dengan lensa berkekuatan 20,1 Mega Pixel yang saya punya. Saya terhenti memandang pemandangan indah ini. Saya beruntung bisa bertemu lagi dengan kampung yang masih sangat alami, baik udaranya, pemandangannya, rumah-rumahnya, semuanya menakjubkan.

Nagari Andaleh Baruh Bukik

Nagari Minangkabau dan Nagari Andaleh Baruh Bukik merubah pikiran saya sekarang. Ternyata banyak hal-hal menarik yang bisa dinikmati dan diabadikan momen-momennya di dalam kamera. Bukan hanya di tempat-tempat wisata yang terkenal sebelumnya, tapi daerah-daerah terpencil pun jauh lebih baik dari tempat yang sudah terkenal dan terkelola.

Mulai dari Nagari ini saya berfikir jika melakukan perjalanan, tempat-tempat terpencil ini lah yang akan saya gali lagi keberadaannya, menjadi sebuah destinasi wisata yang "BERBEDA" dengan orang-orang lain. Saya fikir tidak semua yang orang tuju dalam berwisata itu adalah indah. Tapi dengan keadaan seperti ini, bagi saya "BERBEDA ITU INDAH".

Mungkin tak banyak orang yang sependapat dengan saya. Tapi itulah kenyataan yang saya sadari sekarang. Sama seperti apa yang telah saya dengar dari seorang traveller dan penulis "Agustinus", yang melakukan perjalanan bukan ketempat-tempat yang sudah terkenal. Yang saya ingat, kebanyakan semua orang menyatakan dan membagi beberapa kategori tempat terkenal dengan berbagai sebutan seperti 10 tempat yang harus dikunjungi sebelum mati, 7 tempat terindah di dunia, 3 destinasi wisata yang wajib dikunjungi, dan sebagainya. Tapi bagi saya semuanya kembali kepada diri masing-masing. Seperti misalnya seseorang mengatakan 10 destinasi wisata yang wajib dikunjungi dan di dalamnya masuk sebuah pantai. Jika seseorang tak suka pantai, maka tak tak bisa dikatakan menjadi 10 tempat wajib.

Banyak hal-hal yang tak kita ketahui di dunia yang ini. Tidak semua tempat wisata bisa menjadi nomor satu, mengalahkan tempat yang bukan dikategorikan tempat wisata terkenal. Bisa saja tempat yang tidak terkenal itu menjadi lebih baik dari tempat yang terkenal yang sudah kita ketahui.

Butuh waktu hampir setengah haru untuk menyampaikan sepeda ke puncak Pato. Saya muali perjalanan jam 8 pagi dan baru bisa sampai di puncak Pato jam 11 siang. Puncak pato tak kalah indahnya. Hanya saja pemandangannya tertutup awan, sehingga megahnya gunung Marapi tak terlihat karena tertutup awan hitam. Memang kondisi saat ini, sumbar memang sedang rajin dimandikan hujan. Mungkin lain kali saya bisa beruntung mendapat pemandangan yang bersih.

puncak pato

pemandangan nagari minangkabau dan nagari andaleh baruh bukik dari puncak pato

bangunan di puncak pato

Berlanjut ke tujuan utama saya, yaitu Lintau. 15 km dari puncak Pato menuju Lintau. Dan jalannyapun hanya turunan saja. Cukuplah bagi saya turunan 15 km tanpa henti ini untuk membalas rasa penat saya najak 18 km menuju puncak Pato. Pas tengah hari saya tiba di Lintau, dan sudah ditunggu oleh orang tuanya Uda Donald. Alhamdulillah satu amanah terlaksana, yaitu amanah untuk mengunjungi orang tua Uda Donald sebagai Supporter saya dalam perjalanan ini. Masih ada satu amanah lagi yang mesti saya penuhi, yaitu amanah dari saudara kandung saya untuk mencari cek hotel di Bukittinggi. Itu berarti saya tidak punya waktu banyak lagi untuk bisa sampai ke Bukittinggi. Sekarang sudah Zuhur, berarti setengah hari lagi waktu saya untuk mencapai Bukittinggi sebelum gelap.

Tak lama saya berada di rumah orang tuanya Uda Donald. Hanya istirahat sebentar saja. Shalat zuhur dan makan siang. Kemuadian ngobrol dengan ayahnya. Ibunya sedang ke Padang karena ada urusan. Sebenarnya saya pengen ketemu ibunya juga. Tapi mungkin belum saat ini. Suatu saat saya pasti kesana lagi.

Sebelum berangkat, saya dibekali beberapa makanan. Bapak bilang ke saya dengan bahasa minang, "saya tahu apa yang kamu butuhkan. Kamu mahasiswa. Jadi kami tahu apa yang kamu butuhkan", sambil saya masukkan bungkusan rendang dan beberapa kue lainnya ke dalam pannier. Doa keselamatan Bapak bacakan kepada saya, semoga saya selamat sampai tujuan di Padang. Dan juga Bapak titip salam kepada kedua orang tua saya di Bengkulu. Ia mengatakan bahwa saya punya orang tua baru di Lintau. Bapak dan orang tua saya sama-sama memahami ajaran salafi.

Saya terharu sekali mendengarnya. Terasa seperti dirumah sebelum orang tua melepas saya berangkat kembali lagi ke Padang untuk kuliah. Tentunya dengan sepeda juga pada bulan Juli lalu. Doa dan harapan untuk segera menyelesaikan kuliah terlontar dari mulut kedua orang tua saya. Sambil menutup pintu saya mengucapkan terima kasih dan salam kepada Bapak dan berlalu pergi melanjutkan perjalanan.

Sekarang pukul 1.30 siang. Lintau ke Payakumbuh 30 km lagi. Bukittinggi tambah 26 km lagi. Jadi ada 56 km lagi yang harus saya tempuh untuk sampai ke Bukittinggi. Saya hanya tau trek Payakumbuh-Bukittinggi dan tidak tahu sama sekali trek Lintau-Payakumbuh.

Banyak pemandangan yang menarik di sepanjang perjalanan Lintau menuju Bukittinggi. Ada susunan bukit-bukit yang saya lihat seperti susunan bukit-bukit di Cina. Saya tahu karena salah seorang peturing Indonesia menunjukkan saya foto yang ia ambil saat dia singgah bersama saya di Padang. Om Budi Candra orangnya. Sudah 8 Negara ia lewati dengan sepedanya. Menakjubkan!!

Saya tak banyak berhenti dalam perjalanan Lintau menuju Bukittinggi. Hanya beberapa titik saja karena kaki sudah terasa lelah mengayuh. Dari Batu Sangkar sampai ke Bukittinggi harus melewati tiga bukit. Bukit pertama puncak Pato yang berada di ketinggian 1.180 mdpl. Bukit yang membelah antara Lintau dan Payakumbuh. Puncaknya berada di ketinggian 865 mdpl dan Lintau sendiri berada di ketinggian 556 mdpl. Bukit terakhir yaitu Payakumbuh Bukittinggi. Namanya saja sudah Bukit. Tinggi pula, ya jelas nanjak mau kesana. Bukittinggi berada di ketinggian sekitar 900 mdpl. Sangat menguras tenaga untuk menempuh jarak 102 km dalam sehari dan melewati bukit dengan elevasinya di atas 700 mdpl.
rute Batu Sangkar-Bukittinggi

Elevasi rute Batu Sangkar - Bukittinggi


Malam ini saya istirahat di rumah seorang teman di Bukittinggi setelah saya nongkrong dulu di depan jam Gadang, menikmati jam Gadang di malam hari sebelum hujan deras mengguyur kota Bukittinggi. Malam ini juga saya bertemu dengan seorang peturing wanita asal Spanyol yang akan singgah di Padang bersama saya yang bernama Rocio. Awesome, dengan bahasa inggris saya yang berantakan grammarnya entah kemana-mana ia mengatakan bahasa inggris saya bagus. Ahh.. ada-ada saja..

Thursday 24 October 2013

BERBEDA ITU INDAH (ciek)

Selama ini memang sering jika kita merencanakan sebuah perjalanan wisata yaitu ke tempat-tempat yang terkenal dan sering dikunjungi orang. Misalkan di daerah Provinsi Sumatera Barat yang paling terkenal yaitu Jam Gadang di Bukittinggi, Rumah Gadang Istana Pagaruyung di Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar, Danau Maninjau dan Kelok 44 (Ampek Puluah Ampek) di Kabupaten Agam, dan berbagai tempat terkenal lainnya di Sumatera Barat.

Dalam kenyataannya bukan hanya tempat-tempat yang telah populer itu saja yang bisa menjadi hal yang menarik ketika melakukan destinasi berwisata. Bisa jadi daerah-daerah yang namanya asing dan tidak terkenalpun bisa menjadi sesuatu yang lebih menarik ketika kita melakukan sebuah destinasi wisata.

Berawal dari pemikiran liar saya yang suka nyeleneh dan berbuat aneh dan berbeda dari kebanyakan orang lakukan, misalkan saja jika orang suka ketika berwisata dengan cara yang praktis dengan berkendara, tinggal duduk dan tidur di dalam kendaraannya yang kemudian bangun dan sampai di destinasi wisatanya, maka saya lebih suka untuk bersusah payah mencapai daerah tujuan dengan mengayuh sepeda puluhan dan ratusan kilometer.

Bagi saya dengan bersepeda seperti ini akan terlihatlah kenyataan bagaimana penduduk di negeri Indonesia yang kita cintai ini. Mengapa demikian? Ini karena bersepeda hanya saya lakukan pada siang hari saat hampir semua manusia beraktifitas dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing, dan di sanalah terlihat bagaimana realita yang sesungguhnya terjadi di negeri ini.

Seperti biasa, sejak tahun 2011 lalu kegiatan turing bersepeda selalu mengisi hari-hari libur saya. Kalender yang terpampang di kamar selalu tertandai di tanggal merahnya yang tentu saja telah terjadwalkan untuk turing bersepeda. Dan lebaran haji atau Idul Adha yang jatuh pada tanggal 15 Oktober tahun ini telah menjadi catatan tersendiri saya untuk melakukan perjalanan turing.

Setelah pembukaan bersepeda keliling Sumatera Barat tahun 2010 lalu, saya bertekad untuk melakukan kegiatan bersepeda memang berkeliling Sumatera Barat. Dan Alhamdulillah Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha memiliki Kekuatan, hingga tahun ini hanya Kabupaten Pasaman Barat yang belum terjejakkan oleh ban sepeda saya.

Awalnya memang telah tersusun rencana bahwa untuk mengisi libur Idul Adha tahun ini saya akan melakukan turing sepeda dari Padang Sumatera Barat ke Pekan Baru Riau. Tetapi kenyataannya semua itu hanya rencana yang tak terwujudkan dikarenakan keterbatasan saya. Dana yang telah dipersiapkan sebelumnya terpakai untuk melengkapi kebutuhan perkuliahan saya. Dan akhirnya saya hanya bisa mengurungkan niat untuk turing ke Pekan Baru. Sebuah status di Facebook saya tuliskan menyatakan bahwa lebaran Haji tahun ini saya tidak kemana-mana dikarenakan dana. Dan saya hanya membayangkan lebaran kali ini hanya menjamur di kamar kecil 3x3 meter ini saja.

Tak di duga sore harinya sebuah pesan di facebook saya terima dari salah satu teman yang baru saya kenal satu bulan yang lalu ketika saya bergabung dalam kegiatan KOMPAS yaitu JSSP (Jelajah Sepeda Sabang Padang). Pesan itu berisikan permintaannya untuk menginfus sedikit ke rekening ATM untuk perjalanan turing saya. Dan Alhamdulillah lebih dari Cukup infus dana yang disuntikkan ke ATM saya sebagai modal untuk melakukan turing sepeda.

Menjadi sebuah amanah bagi saya jika tidak menggunakan infus yang disuntikkan ini untuk turing. Awalnya saya berencana ingin ke Bukittinggi lagi. Saya fikir Bukittinggi lagi,Bukittinggi lagi dan lagi lagi Bukittinggi. Bukannya bosan atau tidak suka dengan Kota Wisata nan Rancak Bana itu. Tetapi jika ke Bukittinggi lagi dan lagi hanya itu dan itu saja yang saya lihat. Jam Gadang yang hanya diam ditempatnya berdiri. Sejak saya kecil sudah sering di bawa jalan-jalan ke Jam Gadang bersama Nenek dan Almarhum Angku (Kakek) saya. Ngarai sianok seperti bumi terbelah yang dari dulu seperti itu saja. Maka saya berfikir saya harus mencari destinasi lain. Setelah fikiran berkecamuk mencari destinasi terbaik, maka diambil keputusan yaitu ke Lintau, yaitu sebuah daerah yang terletak diantara Batu Sangkar dan Payakumbuh, dan juga merupakan kampung halaman dari Seseorang yang telah menyuntikkan cairan energi ke ATM saya.

Memang bukan tepat di hari Raya atau sebelum hari raya seperti yang biasanya saya lakukan. Saya berangkat tanggal 18 Oktober, 3 hari setelah hari Raya Idul Adha. Tujuan istirahat malam ini adalah di Batu Sangkar. Pagi jam 8 pagi saya berangkat dari kos-kosan. Meninggalkan kota Padang menuju Batu Sangkar melewati jalur utama Padang-Padang Panjang. Seperti biasa pemandangan yang sudah saya hafal di dalam kepala ini, dan selalu saya ingat. Jalan datar dominan dan sedikit tanjakan semi flat sampai daerah Sicincin, yaitu sekitar 40 km dari Kota Padang. Setelah itu jalan akan terus menanjak sampai ke Padang Panjang. Dimulai dengan tanjakan semi flat sampai yang lumayan lah untuk menguras tenaga dan membuat roda sepeda bergulir tidak lebih dari kecepatan 8 km/jam, bahkan rata-rata saat tanjakan yaitu hanya 4 atau 5 km/jam saja. Tanjakan semi flat berkisar antara jarak 10 km dari Sicincin sampai ke Kandang Ampek dekat tempat wisata Air Terjun Lembah Anai. Selebihnya sampai ke Padang Panjang hanya tajakan menguras tenaga.

Yang perlu diperhatikan ketika melewati jalur ini adalah mobil-mobil travel Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) yang seperti tak tahun aturan di jalan. Memotong seenaknya saja, sangat mepet. Jalanan Padat dan sempit. Kalau di lihat hanya cocok untuk dua kendaraan mobil yang berlawanan arah saja. Kalau ada satu saja mobil yang parkir di pinggir jalan, maka macetlah jalan di belakang mobil itu berhenti. Travel-travel ini keseringan berhenti semaunya saja. Naik dan menurunkan penumpang terserah dimana maunya dan keseringan jika berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang posisi mobil tidak terlalu minggir dan selalu waspada mereka sering mendahului jalan kemudian mendadak berhenti untuk naik dan menurunkan penumpang. Sangat berbahaya.

Sebaiknya jika dari Padang menuju Padang Panjang tetaplah berada pada jalur dan selalu berkonsentrasi. Cuaca lumayan panas dan banyak asap kendaraan diesel serta debu berterbangan.

Jarak dari Padang Panjang ke Batu Sangkar hanya 30 km. Kondisi jalan relatif agak nyaman dibandingkan jalur dari Padang ke Padang Panjang. Memang banyak bus AKAP yang lewat, tapi lalu lintasnya tidak separah Padang-Padang Panjang.

Peta Padang - Batu Sangkar

Elevasi dan perhitungan jarak Padang-Batu Sangkar

Beberapa foto yang saya dapatkan selama perjalanan hari pertama ini, Padang - Batu Sangkar :

foto sebelum berangkat di depan kos-kosan

Mobil Daihatsu Honda 150 cc penjual Sanwich dan roti bakar

lagi buat sanwich pesanan saya

Air Terjun Lembah anai dari kejauhan

Simpang tiga kubu karambia

tanjakan kubu karambia menuju batu Sangkar

Pemandangan sebelum hujan sebelum masuk Batu Sangkar

Yang menarik bagi saya pada perjalanan hari pertama Jum'at 18 Oktober ini adalah kreatifitas itu memang tak terbatas. Saya takjub melihat pedagang sandwich yang menyulap motor Honda GL 150 cc nya menjadi seperti sebuah mobil yang digunakan untuk berjualan Sanwich dan Roti bakar keliling. Lumayan jauh rute jualannya. Saya tanyakan rumahnya di Lubuk Buaya, hanya sekitar 7 km dai kos-kosan saya. Tujuan jualannya adalah Lubuk Alung, yaitu daerah persimpangan antara ke Padang Panjang dan ke Pariaman. Dari kosan saya sekitar 20 km, berarti dari Lubuk Buaya sekitar 13 km. Jarak yang lumayan jauh kalau saya hitung untuk berjualan. Sepotong sandwich dihargai 5000 rupiah. Harga yang sama dengan penjual sandwich lainnya yang hanya mangkal di kampus. Tak terbayang oleh saya di tengah tingginya harga BBM saat ini, ia berjualan keliling dengan harga 5000 rupiah per potongnya.

Tapi memang yang menarik perhatian saya adalah kreatifitasnya menyulap motor roda dua menjadi mobil roda empat yang ia gunakan untuk berjualan keliling. Semoga Tuhan melapangkan Rezekinya. Amiiiin Ya Rabbal 'Alamiiiinnn...

Thursday 4 July 2013

Motif Ukiran Minangkabau Part 1

(1) SINGO MANDONGKAK
JO TAKUAK KACANG GOREANG 

   

Singo mandongkak namonyo ukia
Ukia di papan nan sakapiang
Dirumah gadang sulangko gadiang
Di dalam lumbuang nan bapereng

Asa di Agam Balai Gurah
Kiasan jago pado adaik
Ingek-ingek sabalun kanai
Sadio payuang sabalun hujan

Ingek-ingek nan di ataeh
Nan di bawah kok mahimpok
Baitu kieh ibaraitnyo



(02)
CARANO KANSO

Carano kanso namonyo ukia
Siriah gadang lingka-balingka
Balingka jo arai pinang
Batukuik dulamak kaco
 
    Kuniang sacoreng di atehnyo
    Pananti sutan jolong pulang
    Sajamba makan mairiangnyo
    Latak diateh pintu biliak

Suko rayo raso dipakai
Sanang siat puti bakuruang
Cupu bakaran basusun nyato
 
    Santo timbakau pakaian adat
    Latak di dalam carano kanso
    Suatu talatak di tampeknyo
    Ukia dikarang tampuak tangkai
 
Pakaian balai nan saruang
Pariangan jo Padang Panjang
Ukia tuo ukia usali
Warih dek anak Indo Jati
Warih nan indak putuih
Tutua nan samo kito danga





( 03 )

SIRIAH GADANG


Siriah gadang siriah balingka
Kuniang sacoreng diatehnyo
Baaleh batadah tampan
    Hulu adat kapalo baso
    Pangka kato hulu bicaro
    Panyingkok peti bunian
    Pambukak biliak nan dalam
Susunan dari Priangan
Buatan Parpatiah Nan Sabatang
Tidan nan turun dari ateh
Balingka jo mufakat
Balingka jo limbago
Jadi pusako alam nangko
    Latak diateh pintu biliak
    Dijujuang jo mufakat
    Dipikua kato baiyo
Barundiang sasudah makan
Batanyo salapeh arak
Siriah gadang manjadi punco
    Anak kunci dalam hetongan
    Tando adat badiri nyato

Nan tampak sirah balingka
Isinyo adat jo pusako
Bapahek diateh papan
Baukia ditimbago
Bacacak ateh batu
    Manjadi pado zaman
    Tando biti adat bapakai
    Tinggi nan amban jantan
    Dalam juo takasiak bulan
Pandai ukia  di timbago
Pandai pahek pado kayu
Disitu hati mako sanang
    Dilahia manahan bandiang
    Di bathin manahan tiliak
    Nan nyato nampak di mato
    Nan bathin dibawo raso
Distulah latak makna siriah
Siriah sahalai nan bagagang
Gagang barangkai jo bungonyo
Bungo nan elok katiruan
    Disinan tiruan adat
    Di situ limbago tumbuah
Laweh dikambang ka alam nangko
Kucuik saleba daun siriah
Kok rimbun tampak di junjuangan Urek malakek di rumpunyo
Aka mancakam masuak tanah
    Kok lah tampak siriah balingko
    Mangundang pintak dengan pinto
    Siriah naiak junjungan naiak
    Baitu dandamnyo siriah nantun
Lakek di papan nan balariak
Ukiran di rumah gadang
Lukisan adat jo limbago
Jadi pakaian di istano
    Manjadi suri tuladan kain
    Umpamo ragi nan tadendeng
    Dalam bathin budi marangkak
    Lahianyo kayu nan balariak
    Bathinnyo limbago cupak adat
Adat limbago tempat diam
di alam Minangkabau
Alam takambang jadi guru




( 04 )

BADA MUDIAK
ITIAK PULANG PATANG

Elok susun bada mudiak
Manyonsong aia samo sakato
Arak baririang samo saraso
Indak saiku nan mayalo
     Saiyo sakato bakayuah mudiak
     Tuah di ateh nan sakato
     Cilako kato basilang
     Dilukih diateh papan
     Diukia di rumah gadang
Rumah gadang sandaran adat
Adat di alam Minangkabau
Indah nian tampak dimato
     Raso dibawo turun
     Dilahia bada nan disabuik
     Di bathin adat jo limbago
Kieh ibarat caro Minang
Adat nan samo kito pakai
Tempe manempe ukia gadang
Salo manyalo dan nan banyak
     Baitu latak ragam ukia
     Alua patuik, barih balabehnyo

( 05 )
TATANDU MANYASOK
BUNGO JO BUAH NIBUANG
               
Tatandu samo manyasok
Bungo satangkai kambang nyarak
Dibuek ukia langkok-langkok
Susun barangkai tatandu bararak

Buah nibuang sato bararak
Bararak sarato jo putiaknyo
Indah ukia jo tatahnyo
Ragam sarato indahnyo

Papan sabalik kagunonyo
Pita jo pilin kabatehnyo
Ukia sabalik nan tampak nyato
Adat bajalin di dalamnyo  

( 06 )
LUMUIK HANYUIK


Aka lapuak gagangnyo lapuak
Hiduik nan indak mamilihah tampek
Asa lai lambah inyo lah tumbuah
Dalam aia bagagang juo
Aia hilia lumuik pun hilia
     Walau tasalek di ruang batu
     Baguba babondoang-bondoang
Aia bapasang lumuik
Bapiuah namun hiduik bapantang mati
Baitu untuangnyo lumuik
     Indak mancari tampek diam
     Hanyo manompang jo aia hilia
Indak mamiliah tampek tumbuah
Asa kasampai ka muaro
     Usah cameh badan kahanyuik
     Baguru kito kalumuik
Alam takambang jadi guru
Lahianyo lumuik  nan disabuik
Bathinnyo adat Minangkabau
     Dilariak di papan tapi
     Ukiran rumah nan di lua
Gambaran adat hiasan alam pusako salamonyo   

( 07 )
BUAH PALO PATAH



Rancak raginyo buah palo
Dikarek disusun nyato
Elok tampaknyo pandangan mato
Ukia tuturan tumpuan kasau
Balampih jo itiak pulang patang
Basalo jo tatandu manyasok bungo
Raginyo dama tirih bintang gumarau
Baitu tatah lataknyo ukia
Dalam barih cupak adat

( 08 )
TAJI SIAREK


       
  
 




Papan gadang baujuan ukia
Ukia bataji jo siarek
Talatak di papan pereng
Buliah di lumbuang nan bapereng
Baik di rumah nan baanjuang

( 09 )
PARUAH ANGGANG








Paruah anggang kaluak bakaluak
Mangkuto di ateh ranggah
Suntiangan buruang di rimbo
Runciang saragam pisau lariak
Pambuek ukia panca ragam
Pakakeh tukang ukia maukia
Tumbuak manumbuak rasuk jo paran
Disinan baukia pamalanggang
Di ujuang papan tumbukkan kayu
Pereng mamereng kayu gadang
Ujuang maujuang kayu taba
Sanan talatak paruah anggang
Baitu suriah barih adat


( 10 )
SALANGKO

Rumah gadang silanko gadiang
Salajang kudo balari
Sawah gadang lumbuang bapereng
Pereng banamo silangko gadiang
Baitu barih balabehnyo
Pereng baukia jo silangko
Baujuang simanggih karek
Talatak di papan taba
Kan ganti ukua dengan jangko
Pambateh didiang sasak basusun
Latak di ateh tampek nan tinggi
Indak buliah karandahan

Ukia banamo ukia tuo
Samo tajadi ju lumbuang nangko
Samo tadiri jo rumah gadang
Samo naiak jo galombang
Samo turun jo gapocong
Indak baumpuak bakeh tumbuah
Gadang tabawo dek pungkamnyo
Tinggi tabawo de ruehnyo

( 11 )
AKA TANGAH DUO GAGANG

Sipasan baranak jantan
Anaknyo baranak pulo
Anak jadih induakpun jadih
Anak manjadi induak pulo
Alam bakalebaran
Manusia bakakambangan
Lukisan alam Minangkabau
Ada barasa di Parianagn
Nan samo naiak jo galombang
Samo turun jo kapocoang
ukia gambaran alam bakalebaran
Diukia di kasau gadang
Baitu cancang tarahnyo

( 12 )
BUNGO PANCA MATOHARI
JO RANTAK MALAM

Panco ringek di tapi jalan
Mati-mati mako babuah
Ingek-ingek anak bajalan
Lauik sati rantau batuah

Bungo matohari kapunco ukia
Rantak malam lingka ba lingka
Gayo mantohari nan jadi rasiah
Corak bulan mancari aka
Dipetak, ukia dibuek
Mancari tenggang jo kalaka
Maragam bungo sari manjari

Baitu alam salingka laweh
Alam takambang jadi guru
Buliah maukia jo maragam
Malukih adat jo limbago
Pakaian alam saisinyo

( 13 )
KUCIANG LALOK
JO SAIK GALAMAI

Bakirim  usah bapitaruah
Bapasan usah baturuti
Manyuruah usah bakahandak hati
Bana lai picayo tidak
Pitaruah baunyikan juo
Itu nan labiah rang pantangkan

Ukia ragam kuciang lalok
Salo manyalo saik galamai
Latak dipucuak dindiang hari
Disingok di ujuang paran
Parannyo ulua mangulampai
Asanyo di Gudam Balai janggo
Di dalam Koto Pagaruyuang
Ukiran Rajo Tigo Selo

Pikia-pikia mangambang kato
Kato rahasio baandokkan
Simpan bakeh nan picayo
Lamak usah dimakan sajo
Rancak usah capek dilakekan

Ingek dirantiang kamancucuak
Jago di unak kamanaruang
Lalok usah talalu mati
Manyuruak usah talalu hilang

Lamak manih raso galamai
Dalam gatah minyaknyo tumbuah
Ingek dibadan kabinaso

( 14 )
PESONG AIA BABUIAH

Bulek kato dek mufakaik
Bulek aia dek pambuluah
Alua jo patuik tagak ditangah
Bana nan satu panyudahan
Sapuluah kelek ditampuah
Sabaleh lauik jo buiah
Namun bana hanyo sabuah

Pesong babuih puputan kaliang
Sabuah ujuid jo mukasuik
Dilengong ka suok jo ka kida
Dipakai baso jo basi
Dalam raso jo pareso
Aia luluih aia lah tingga
Bana lalu hetongan tingga
Nan janiah buliah diminum
Nan karuah lalu ka hilia

Ukia nan turun dari Saruaso
Payuang panji alam Minangkabau
Basa Ampek Balai nan punyo ukia
Baitu warih nan bajawek
Bapasang di singok jo pasarek
Dindiang hari tupai managun

( 15 )
SIKUMBANG MANIH ( I )

Kambang manih bungo nan mulia
Timbalan bungo sari manjari
Dicaliah gunung maha biru
Batangkai babuah labek
Balingka baaka cino
Silang bapiuah di salo daun
Buah manih satandan labek
Mainan bundo, simpanan puti
Panyaru dagang di rantau
Pananti alek nan datang
Ukia diulak Tanjuang Bungo
Pakaian Ranah Minangkabau
Latak di muko adaok halaman
 
Ukia nan tagak surang
Puti bakuruan jo aturan
Baitu warih di Gudam Balai Janggo
Kambang tigo buatan tukang
Indah di dalam maliputi
Adat nan nyato bakambangan

( 16 )
SIKUMBANG MANIH ( II )

SIKUMBANG MANIH ( III )

SIKUMBANG MANIH ( IV )

SIKUMBANG MANIH ( V )

Kambang manih bungo nan mulia
Timbalan bungo sari manjari
Dibaliak gunung maha biru
Babuah babungo pulo
Rajo Bajalan badaulat
Pangulu bajalan basisampiang

Balingka baaka cino
Silang bapiuah kri kanan
Panyalo buah jo putiak
Palingka bungo ka kambang
Kambang manih kulindam suto
Bujang Salamat duo sairiang
Urang dalam suruah suruahan
Patuah nan indak basisiah
Salo manyalo di ukiran
Sisampiang tibo dipakaian
Bitu arak iriangannyo
Baitu barih curiangnyo
Aturan di Ulak Tanjuang Bungo
Bapakai di Gudam Balai Janggo
Ikutan alam saisinyo