Friday 26 April 2013

TOKO DAN BENGKEL SEPEDA DI PADANG

Berikut ini adalah list beberapa toko sepeda yang ada di kota Padang sumatera Barat..

bengkel sepeda zal mechanic

  1. Bengkel Sepeda Zal Mechanic, Jalan Hos Cokroaminoto, dekat simpang 6 Pondok Padang Hp. 081363333479
  2. Toko Prima Lestari (Distributor Polygon) Jl. Nipah No. 1E Padang Telp. 0751-27377 peta polygon padang 
  3. Toko Roda Mas (Distributor Giant) Jl. Hos Cokroaminoto Padang Telp. 0751-988559
  4. Toko Sepeda Kurnia (AHO) Belakang Pondok, Padang peta toko sepeda kurnia T
  5. oko Wimcycle Padang (LANLUL), Jl. Adinegoro No. 14A (dekat pintu kereta), Lb. Buaya, Padang wimcyclelanlul@gmail.com atau di +62 751 7817 338
  6. GowesBike.comJl. Kapuk No. 19 Kalumbuk (Belakang POM Bensin Bypass Kalumbuk) Telp/Whatsapp 087895085317 BB 2948781F peta gowesbike.com
  7. Toko Karya Agung, Jln. Pasar Raya II No.20 (Kawasan Blok A) Telp 075138196, 075135660, 08126603959

Wednesday 24 April 2013

Catatan perjalanan Padang-curup 18-23 juli 2011


Ini adalah pengalaman pertama saya saat gowes pulang kampung.Perjalanan ini saya tempuh sendiri tanpa partner seperti biasanya. Perjalanan yang cukup berbahaya dan menantang, karena hanya saya lakukan sendiri saja. Perjalanan yang saya tempuh ini lumayan jauh, memakan waktu selama 5 hari. Perjalanan saya melintasi 2 provinsi, 6 kabupaten dan 2 kotamadya.
ini lah catatan perjalanan saya selama 5 hari itu...

Catatan perjalanan Padang-bengkulu-curup (senin-sabtu, 18-23 juli 2011)

Senin, 18 juli 2011
Padang – balai selasa

Time: 8.01.30
Start in padang: 07.15 am
Finish in balai selasa : 07.05 pm
Distance : 169.99 km
Average speed   : 21.1 km/h
Max speed   : 56.0 km/h

            Perjalanan saya mulai dari kosan saya pada pukul 06.45 am.setelah berjalan sekitar 5 menit, saya berhenti terlebih dahulu di sebuah tempat untuk sarapan pagi, karena saya belum sarapan saat keluar dari kosan saya. Dengan perasaan yang biasa-biasa saja saya langkahkan kaki saya keluar dari kos seperti tidak ada beban, perasaan saya hanya biasa-biasa saja seperti mau gowes ke pasar atau ke kampus. Tidak ada sedikitpun perasaan was-was dan takut pagi itu karena saya akan melakukan perjalanan bersejarah pertama saya, yaitu pulang kampung dengan menggowes sepeda kesayangan saya.

            Hanya dengan sepiring nasi goreng yang rasanya sedikit aneh di lidah saya, dan membuat perut saya sedikit mules, saya lanjutkan perjalanan saya pada pukul 07.15 am, menuju jalan raya yang menghubungkan kota padang dengan jalur lintas timur sumatera, melalui pesisir selatan prvinsi sumatera barat tersebut.
            Perjalanan terus saya lakukan sendiri, hingga akhirnya saya sampailah di sebuah daerah yang saya lupa namanya, sekitar 20 km dari kota painan. Kota painan, ibukota kabupaten pesisir selatan sumatera barat jika saya lihat pada rambu-rambu petunjuk arah, jaraknya hanya sekitar 77 km. Tapi setelah saya hitung dengan speedometer yang nempel di sepeda saya, jarak kota Padang (dari kosan saya) sampai ke pintu masuk kota Painan sekitar 83 km. saya berhenti disana karena perut saya udah mulai keroncongan, karena jam sudah menunjukkan sekitar jam 10 wib. Saya berhenti di sebuah warung kopi dan memesan segelas kopi. Sambil beristirahat saya menikmati kopi dan makan beberapa helai roti tawar yang dilumasi susu kental manis yang saya bawa sebagai bekal perjalanan saya.
            Setelah hampir setengah jam saya beristirahat dan perut juga sudah terisi kembali, saya melanjutkan perjalanan saya kembali, dan saya masih sendiri.
            Ketika memasuki kota painan, saya teringat akan salah satu acara wisata kuliner di tv. Saat itu acaranya mengambil tempat shoting di puncak langkisau, tempat wisata dimana sering diadakan sebagai tempat olah raga terbang layang. Dengan pemandangan yang sangat indah saya lihat saat itu di tv. Saya langsung saja terfikir pengen gowes kesana. Sambil menyelam minum air. Akhirnya kelelep.hahaha
            Saya langsung saja berbelok kea rah puncak langkisau tanpa memikirkan panasnya terik matahari saat itu. Kira-kita jam 11-an lah. Matahari udah hamper di tengah. Saya pikir gak terlalu jauh jaraknya dan tanjakannya gak terlalu tinggi. Tapi itu semua hanya dalam pikiran saya. Gak tau nya tanjakannya parah.mungkin lebih 450. Mobil dan motor saja gak bisa lambat. harus tancap gas dari bawah. Kalo gak, gak kan sampe ke atas. Paling mundur lagi ke bawah.hahaha
            Tapi saya dengan bermodalkan dengkul dan beberapa botol air berusaha dengan nekat mendaki tebing di tengah panasnya terik matahari pada tengah hari itu. Mau pingsan rasanya. Gak sanggup lagi karena panasnya siang itu. Mau turun tanggung udah di tengah. Mau lanjut gak sanggup lagi karena panasnya minta ampun.

            Akhirnya dengan tergopoh-gopoh saya panjat tuh tebing yang tinggi lurus dengan teknik mondar-mandir (zigzag). Buat jalur sendiri untuk meringankan agar gak terlalu berat. Tapi tetap saja berat, ditambah pula sengatan mataharinya. Jalan 50 meter berhenti minum sambil istirahat sekitar 2 menit. Jalan lagi 50 meter, berhenti lagi. Dan sampai akhirnya berada di puncak. Huhuhuhuh…. Perjuangan yang sangat berat untuk sampai di puncak..
            saya habiskan air langsung 1 botol karena gak tahan lagi dengan panasnya hari itu. Di tempat yang sejuk saya duduk sambil terus minum sambil ngobrol-ngobrol sama orang-orang yang udah ada di atas sana. Mereka pada kebingungan dengerin cerita saya gowes dari padang ke puncak langkisau tu. Tambah bingung lagi dengerin tujuan saya mau ke curup. Cuma kata “GILA” yang mereka ucapkan kepada saya atas perjuangan dan keberanian saya yang akan melakukan perjalanan sejauh itu.
            Di atas sana saya habiskan waktu sekitar 1 jam lebih untuk beristirahat sambil berfoto ria dan menikmati pemandangan pantai dan kota painan yang sangat indah bila dilihat dari atas sana. Untungnya hari itu bukan hari libur, jadinya di atas sana lumayan sepi. Hanya ada beberapa orang di atas sana berpasangan. Biasalah anak muda. Hahahaha…

            Udah lapar ni, saya turun dulu lah untuk makan siang sambil istirahat dan kemudian melanjutkan perjalanan saya.
            Masuk menuju pusat kota painan. Jalur yang lebih dekat ada sih, tapi saya sengaja untuk mengambil jalur tengah kota, masuk ke jalan-jalan kecil di tengah kota sambil lihat-lihat suasana kota dan smbil nyari rumah makan. Maklum perut udah keroncongan neehh…
            Kira-kira 5 km udah di luar kota painan, saya ketemu rumah makan yang cukup ramai. Saya piker nyaman lah untuk saya jika makan di sana. Langsung saja saya parkirkan sepeda saya di tempat parker yang telah disediakan. Saya lepasin tas yang nyantol dari tadi di punggung saya sambil berjalan masuk pintu rumah makan.
            Dari jauh saya lihat seorang bule lagi asyik makan sambil ngelihatin saya. Saya juga ngelihatin dia. Saya piker ni bule mau kemana?bajunya udah gak asing lagi. Dia pake jersey sepeda. Pake sepeda kah dia? Saya perhatikan sekeliling sambil terus berjalan. Dan akhirnya…. Owh,, benar ternyata. Ternyata si bule juga gowes. Tu sepedanya di sandarin di dinding rumah makan.
            Sampai di depan pintu langsung dia menyapa saya, “hello” geto katanya. Saya balas juga “hello”… hahahaha
            Saya duduk di meja di sebelahnya. Udah selesai rupanya dia makan.
            Saya     : where are you from?
            Bule     : I am from England.
            Oh, ternyata si bule dari England toh. England dimana yah? Lupa saya. Hahahahaha….

            Setelah piker-pikir ternyata England itu inggris.hahaha… dasar oon….
Sambil makan saya bercakap-cakap sedikit sama si bule dengan bahasa inggris yang gak tau dari mana asalnya. Asal nyeplos aja. Kalau lupa Cuma diam ujungnya. Tapi ada ibu-ibu PNS yang juga makan di sana pada bingung ngelihatin kami berdua ngomong.
Al hasil dari pembicaraan singkat kami tadi, ternyata nama si Bule ntu Andy, berasal dari Inggris. Start gowes dari Medan dengan tujuan mau ke Bali dan melewati jalur yang sama, yaitu jalur lintas timur sumatera.
Terakhir dia bilang pengen duluan untuk ngelanjutin perjalanannya sampai ke Balai Selasa. Yo wess.. monggo duluan. Tak susul ntar…
Beberapa saat setelah ia gowes, sekitar 20 menit setelah ia berangkat, saya pun berangkat juga melanjutkan perjalanan. Saya lupa lihat jam saat itu. Makanya gak tau saya tu berangkat jam berapa dari painan. Tapi kira-kira jam 2-an lah. Hehehe…
Sekitar jam 4 saya berhenti lagi karena perut nih keroncongan lagi. Sekitar 40-an km lagi lah dari Balai Selasa. Saya berhenti di sebuah kedai kopi dan seperti biasa, segelas kopi panas ditemani bebelapa helai roti tawar dengan olesan susu putih kental manis untuk mengganjal perut yang keroncongan ini.
20 menit berlalu. Dan saya pun berpamitan kepada orang-orang yang ada disana untuk kembali melanjutkan perjalanan saya.
Udah hampir jam 6 sore, tapi Balai Selasa masih sekitar 16 km lagi. Tak disangka hujan turun sore itu. Membangkitkan semangat saya kembali. Saya paling suka hujan kalau lagi dalam perjalanan bersepeda. Hujan seperti memberikan energi kepada saya. Gak tau dari mana asalnya. Kalau hujan seakan tenaga saya bertambah. Awalnya saya gowes hanya dengan kecepatan 18 km/jam, pas hujan turun bisa sampai 30 km/jam.
Saya berhenti pada sebuah toko untuk membeli beberapa minuman karena saya udah merasa dehidrasi karena kepanasan di jalan tadi. Memang sekarang hujan, tapi dehidrasinya tak tertahankan. Sambil duduk minum saya bertanya-tanya kepada pemilik toko. Pemilik toko banyak memberikan informasi kepada saya tentang Balai Selasa. Tujuan saya untuk malam ini adalah mencari rumah seorang teman dekat bapak saya ketika masih mengajar di SMP N 4 Curup. Namanya om Nurkhalis. Kabarnya ia mengajar di SMP Negeri 3 Ranah Pesisir. Yang punya toko juga sering bilang kalau banyak turis yang sering lewat di jalan itu. Gak tau tujuannya kemana.
Hujan udah mulai reda, tapi jalanan masih basah. Saya masih bersemangat melihat air di jalan itu. Saya langsung saja tancap gowes dengan kecepatan yang mencapai 32 km/jam. Saya memang harus mengejar waktu sebelum hari terlalu gelap karena sepeda saya lampunya baru saja copot, dan saya tidak punya penerangan.
Di dalam kegelapan saya mencari-cari mana SMP 3 Ranah Pesisir tersebut. Hari sudah gelap. Azan maghrib baru saja sudah berkumandang. Sekitar 5 km lagi dari Balai Selasa, saya temukan jalan menuju SMP 3 Balai Selasa. Untung ada orang, jadi saya bisa bertanya keberadaan rumah om Nurkhalis. Dari info yang saya terima, akhirnya saya dapatkan rumah om nurkhalis yang ternyata jaraknya kurang lebih 3 km dari sekolah tempat ia mengajar.
Udah ketemu sama si om, tapi pas saya tanyain masih ingat gak sama saya, ternyata dia udah lupa. Langsung saja saya sebutkan identitas saya dan tidak lupa saya sebutkan nama Bapak saya. Udah deh, langsung ingat dia sama saya. Waktu kecil dulu saya memang lumayan dekat sama si om. Hehe...
Masuk rumah, minum teh, mandi, dan langsung pergi lagi ke rumah orang tuanya si om untuk syukuran memasuki bulan ramadhan. Sebenarnya saya udah cape sekali dan pengen langsung tidur pas udah mandi. Tapi karena dia udah menunggu saya, maka dengan sedikit berat hati saya ikut sama dia. Kemudian pulang dan langsung terkapar.


Selasa, 19 juli 2011

Balai Selasa – Tapan
Time  : 2.57.29
Start in balai selasa   : 08.00 am
Finish in tapan   : 12.00 pm
Distance   : 66.99 km
Average speed  : 22.6 km/h
Max speed  : 50.0 km/h


Balai Selasa – Muko-Muko

Time  : 6.27.23
Start in balai selasa : 08.00 am
Finish in muko-muko : 06.05 pm
Distance   : 139.26 km
Average speed  : 21.5 km/h
Max speed  : 51.0 km/h

            Selasa pagi, pukul 8.00  saya start dari rumah si om. Tapi sebelumnya istrinya om ngasi saya uang 100 ribu. Katanya untuk makan saya dijalan, karena saya belum sarapan tadi. Maklum lah orang sibuk. Pagi-pagi si om udah pergi ke sekolah mau ngajar. Dan istrinya gak tau pergi kemana. Hahaha...
            Saya lanjut perjalanan menuju muko-muko. Target saya sih maunya ke Ipuh. Tapi lihat kondisi jalan yang panas dan seperti kuali, turun naik turun naik, dan setelah saya ketahui ternyata jarak dari muko-muko ke ipuh itu 100 km, saya urung. Saya tetapkan untuk menetap di muko-muko malam ini.
            Sekitar jam 9 saya berhenti untuk makan pagi. Nama daerahnya Air Haji. Ada sebuah rumah makan di pinggir jalan dan saya berhenti di sana. Makan.... saya pikir si bule udah jalan lagi dan gak bakal ketemu lagi sama dia. Eh ternyata n ternyata pas saya lagi asyik mengoyak-ngoyak daging ayam yang ada di tangan saya, tiba-tiba sebuah sepeda hitam meluncur di jalan, kemudian melambat dan memutar ke arah rumah makan. Ketemu lagi sama si bule. Ternyata si bule juga belum sarapan. Sarapan sama-sama pagi itu di rumah makan yang sama. Dengan bahasa Inggris yang pas-pasan, kami berdialog, tanya jawab, dan akhirnya keputusan pagi itu kami gowesnya sama-sama.
            Udah makan kami lanjut gowes. Dijalan saya tanya-tanya sama dia. Rupanya dia udah pernah touring dengan sepedanya melintasi wilayah asia dan eropa. Dari Beijing di cina menuju London di Inggris. Kira-kira sama lah dengan saya, sama-sama pulang kampung. Hahahaha.... saya bilang sama si bule kalo mau dia lewat Curup aja, biar sama-sama gowesnya sampe di curup. heheh
            Panas, haus, dehidrasi, cape, pegal, lemas, itulah yang saya rasakan selama perjalanan. Akhirnya sampai juga di Tapan. Sebenarnya saya kalah cepat sama si bule. Kalau kekuatan mungkin sama, tetapi saya kalah di sepeda. Sepeda saya cuma sepeda mtb yang saya modifikasi untuk touring, dengan ukuran lingkaran roda 26”, sedangkan si bule memang sepedanya untuk touring, bahannya pun ringan dan juga lingkaran rodanya mungkin 700 c. Jadi kalah disana sayanya. Di Tapan si bule saya lihat udah berhenti di sebuah toko untuk membeli makanan dan minuman. Saya juga ikut berhenti tidak berapa lama setelah iya berhenti. Saya bilang sama dia kalau saya harus berhenti di tapan dan makan siang di sana. Sepakan kami pisah lagi jalan nya. Dia jalan duluan karena dia belum lapar. Tapi sebelum pergi dia minta nomor hape saya biar bisa komunikasi. Dia berpesan kepada saya kalau saya boleh mengirimkan sms kepadanya nanti malam.
            Makan udah, istirahat udah, tinggal gowes lagi. Sekarang jam 2 siang. Saya lanjutkan lagi perjalanan menuju muko-muko. Sekitar 60 km dari tapan. Masih seperti biasanya, panas, dehidrasi, lemas, cape. Selama perjalanan saya berfikir besok saya mau melanjutkan perjalanan  saya dengan mobil saya karena saya merasa gak sanggup lagi unutk gowes. Mau nyerah saya rasanya.
            Jam 4 saya udah nyampe di gapura perbatasan antara provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Untung ada rumah, saya minta izin kepada yang punya rumah untuk istirahat sebentar sambil makan roti dan susu. Tidak lupa saya abadikan momen perjalanan saya di perbatasan 2 provinsi tersebut.

            Udah cukup istirahatnya, saya lanjutkan lagi perjalanan saya ke muko-muko. Masih 30 km lagi dari perbatasan. Tapi pikiran saya tetap saja ngalur ngidul ntah kemana. Mau nyerah rasanya gowes. Kapok gowes lagi rasanya. Udah panas, jalan nya jelek, turun naik turun naik, asli cape deh banget deh..
            Jam 6 sore saya sampe di muko-muko. Teman saya udah nunggu di muko-muko. Tapi sebelumnya saya selalu konfirmasi keberadaan saya selama perjalanan dari balai selasa sampai masuk muko-muko. Padahal tuh orang baru kenal sehari. Bang Rudi, teman nya bang Temon di kos. Senin saya berangkat, minggunya saya baru kenalan. Hahahaha
            Sampe di rumahnya, istirahat, cerita-cerita, mandi, makan, online, sms si bule, tidur..


Rabu, 20 juli 2011

Muko-Muko – Ipuh
Time  : 5.44.35
Start in muko-muko : 09.15 am
Finish in ipuh : 04.50 pm
Distance  : 110.32 km
Average speed : 19.3 km/h
Max speed  : 55.6 km/h

            Dengan malas saya bangun pagi itu jam 8. Badan udah pegal-pegal semuanya. Pergi ke kamar mandi dan mandi. Sambil mandi saya mikir, ni perjalanan udah setengah jalan. Tanggung kalo gak di lanjutin. Gengsi sama teman-teman karena gak nyampe ke curup dengan sepeda saya. Akhirnya saya ambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan. Sebenarnya saya udah dapat tawaran untuk istirahat aja dulu hari itu Besok baru lanjut lagi. Tapi karena udah tekad, saya lanjutkan saja perjalanan saya. Tapi sebelumnya saya cari toko sepeda di sana untuk membeli bagasi barang, karena punggung saya udah gak kuat nahan barang di tas saya. Kemudian sarapan dan gowes...
            Kondisi jalan tetap sama, panas, jalan rusak, berdebu, turun naik-turun naik. Sangat menguras tenaga saya. Dalam perjalanan saya pikir si bule udah jauh di depan saya. Setelah konfirmasi sebelum berangkat tadi, dia udah berangkat sekitar jam 8 pagi. Sedangkan saya sendiri jam 9.15 baru berangkatnya. Tapi ternyata si bule juga gak kuat terhadap kondisi trek yang gitu. Sekitar jam 3 saya ketemu lagi sama si bule di rumah makan. Sebenarnya kalau mau lanjut sih bisa saja, tapi enakan sama-sama gowesnya, bisa sharing pengalaman gowesnya. Saya belok ke rumah makan, dan saya samperin tu bule, sambil bantu-bantu dia layaknya seorang pemandu wisata.
            Kemudian dari rumah makan kami lanjutkan perjalanan menuju ipuh dengan santai. Perjalanan dari muko-muko sampai ke ipuh memang menguras tenaga. Kondisi jalannya pun rusak.

            Jam 04.30 kami masuk ipuh, seperti biasa, saya kalah cepat sama sepedanya si bule. Langsung saja saya hubungi teman saya 1 jurusan kuliah yang tinggal di ipuh. Saya dijemputnya dengan motor, kemudian kami antarkan si bule mencari penginapan tempat ia beristirahat malam ini, dan setelah itu saya pergi kerumanya si andi. Teman saya kuliah juga andi namanya. Saya bersama dua orang andi yang sangat berbeda karakternya pada sore itu.
            Sampai di rumah andi, istirahat, makan, mandi, nonton, sms sama si bule, dan tidur. Saya bilang sama si bule kalau besok saya mau langsung ke Bengkulu. Saya harus sampai bengkulu besok karena di sepanjang perjalanan dari ipuh sampai bengkulu saya gak punya teman lagi untuk numpang istirahat, dan juga setelah di hitung jarak ipuh-bengkulu sekitar 170 km. Jadi saya bisa menempunya dalam 1 hari.

Kamis, 21 juli 2011

Ipuh – Bengkulu

Time : 8.28.00
Start in ipuh : 07.30 am
Finish in bengkulu  : 06.05 pm
Distance  : 171.04 km
Average speed : 20.1 km/h
Max speed : 57.3 km/h

            Sekitar setengah 8 saya berangkat dari rumah Andi dan tentu sudah sarapan. Perjalanan hari ini benar-benar saya lalui sendiri karena Mr. Andy nya udah cape dan pengen santai aja gowesnya.
            Saya lebih nyaman gowes pada hari keempat ini, karena perut saya udah bisa kompromi, udah bisa di atur untuk tidak terlalu banyak berhenti, udah gak banyak minta makan lagi. Jadinya saya lebih nyaman di jalan.
            Selama perjalanan saya berusaha untuk memberitahukan bagaiman kondisi jalan menuju ke bengkulu kepada Mr. Andy. Sepertinya dia sangat senang karena dia sudah mendapatkan bayangan bagaimana kondisi jalan yang akan dia tempuh.
            Tidak terasa udah jam 6 sore. Saya udah nyampe di bengkulu. Saya beristirahat di rumah teman saya terlebih dahulu dan pada malam harinya saya pulang ke kontrakan uda saya.

Jumat, 22 juli 2011
Free day

Sebenarnya saya pengen lanjut langsung ke curup pada hari jum’at ini, tapi atas saran abang saya, saya urungkan niat saya untuk lanjut gowes ke curup. Saya mau nungguin si MR. Andy, karena saya pengen mengenalkan dia sama abang saya sambil ngajakin dia keliling kota bengkulu, ngelihatin benteng yang didirikan oleh nenek moyang mereka bangsa inggris saat masih menjajah di indonesia, benteng malborought.
Jam 3 kami janjian dan pergi ke mengelilingi kota bengkulu, ke benteng malborough dan pantai panjang, kemudian pulang ke tempat masing-masing untuk istirahat dan mempersiapkan untuk hari esok.

Sabtu, 23 juli 2011

Bengkulu – Curup
Time : 4.31.48
Start in bengkulu  : 09.15 am
Finish in curup (home)  : 04.00 pm
Distance  : 82.65 km
Average speed   : 18.2 km/h
Max speed : 49.0 km/h

            Start dari rumah abang saya jam setengah 9, kemudian nyari sarapan, akhirnya berangkat lagi jam 9.15. saya lebih tenang menyusuri jalan bengkulu menuju curup, karena saya udah beberapa kali gowes bolak-balik curup bengkulu. Sendirian saja udah 2 kali. Kalau yang sama-sama sama anggota club sepeda, udah gak tau lagi saya.
            Kilometer demi kilometer saya lalui, dan akhirnya saya tiba pada sebuah tempat peristirahatan saya yang biasa di tengah gunung, saya berhenti di sana untuk istirahat. Saya fikir si bule ada di belakang saya, ternyata setelah setengah jam saya nunggu, ada ibu-ibu nyamperin saya sambil bertanya-tanya, dan dia bilang kalau si bule udah duluan. Saya kejar tu bule. Kira-kira 4 km lagi menuju perbatasan antara kabupaten bengkulu tengah dengan kabupaten kepahyang, si bule smsin saya, dia bilang posisinya sekarang udah di perbatasan. Saya bilang sama dia untuk nunggu saya sebentar, karena saya udah deket sama dia.

            Udah nyampe di perbatasan, saya beristirahat sebentar. Minum, dan saya membeli beberapa makanan ringan. Gak tau deh tu cewek anak mana, tuh cewek terheran-heran saat dia tanya saya dari mana sama si bule dan mau kemana tujuan saya. Orangnya manis, asyik kayaknya di ajak ngobrol. Tapi sayang, saya gak sempat kenalan sama dia karena si bule udah ngajak pergi lanjut, dan tampaknya si bule udah kelaparan banget. Kelihatan dari wajahnya...
            belum keberuntungan saya deh hari itu,, hahahaha.....
            Pas udah nyampe di kepahyang, saya langsung berhenti di sebuah rumah makan, dan makan, memang si bule udah kelaparan banget, kasihat saya lihat dia.
            Kira-kira udah hampir 2 jam istirahat di rumah makan, kami melanjutkan perjalanan kembali, menuju rumah saya di curup. 25 km dari kepahyang, sekitar 1 jam menggowes.
            Kira-kira jam 4 saya tiba di rumah bersama si bule. Si bule di suruh tidur di rumah saya. Dan bapak saya pun memanfaatkan hal itu untuk melatih bahasa inggrisnya dengan si bule. Begitu juga dengan siswa-siswanya dan teman-temannya. Semuanya di undang ke rumah saya untuk ngomong sama si bule. Rumah saya pun penuh dengan siswa dan teman-teman bapak saya. Tetangga pada terheran-heran karena melihat bule ada dirumah saya. Gak tau saya apa yang ada dipikiran mereka, yang jelas raut wajah aneh yang saya tangkap ketika melihat kearah rumah saya.

Total

Time   : 33.13.12
Distance : 672.93 km
Average speed  : 20.0 km/h



provinsi yang saya lalui adalah dari sumatera barat menuju propinsi bengkulu. kabupaten yang saya lalui adalah kabupaten pesisir selatan (sumatera barat), kabupaten muko-muko (bengkulu), kabupaten bengkulu utara (bengkulu), kabupaten bengkulu tengah (bengkulu), kotamadya bengkulu (ibukota propinsi bengkulu), kabupaten kepahyang (bengkulu), dan terakhir kampung halaman saya kabupaten rejang lebong (bengkulu).

biaya yang saya keluarkan berkisar antara Rp 400.000 - Rp 600.000 selama perjalanan. dan saya tidak memiliki sponsor untuk melakukan perjalanan ini.sponsor saya hanya kedua orang tua saya. untungnya setiap pemberhentian pada malam hari ada teman-teman saya di tiap kota nya. jadi bisa menghemat biaya.
            Saya sangat berharap untuk touring saya selanjutnya ada yang memberika sponsor kepada saya, karena saya masih ingin melanjutkan touring saya sampai saya benar-benar lelah untuk touring lagi. Hahaha

            Yang menarik dari perjalanan saya adalah, sepanjang perjalanan dari padang sampai ke Curup, semua orang yang melihat saya rata-rata menyapa saya. Tapi dengan sapaan yang berbeda di tiap daerah. Sepanjang pesisir selatan sampai ke kabupaten bengkulu utara, anak-anak kecil dipinggir jalan menyapa saya dengan panggilan hallo mister. Dari Lais kabupaten bengkulu tengah mereka menyapa dengan Belanda, ntah darimana asalnya belanda. Saya gak ngerti. Dan dari kota bengkulu sampai ke curup mereka menyapa dengan panggilan orang cina. Alasannya karena anggota club sepeda yang ada di curup awalnya kebanyakan orang cina, dan mereka sering melakukan perjalanan gowes dari curup ke bengkulu dan kembali lagi.
Itulah sedikit cerita tentang perjalanan cinta saya.. hahaha
Semoga anda yang membaca bisa menjadi tertarik dan lebih cinta lagi untuk menggowes sepedanya kemanapun dan menjadikan sepeda sebagai alat transportasi utama dalam kegiatan sehari-hari.

FEDERAL CYCLE REVIEW

Logo Federal


MATINYA EKSPOR KERETA ANGIN
Inilah profil industri sepeda pasca tuduhan dumping

Gara-gara sanksi yang dijatuhkan ME, dua pabrik sepeda gulung tikar.
Pasar dalam negeri sebenarnya masih sangat luas. Tapi, para eksportir
tetap akan menuntut agar sanksi itu dicabut.

---------------------------------------
Budi Kusumah, Hendrika Y, Marga Raharja
---------------------------------------

Setelah mengalami masa jaya lebih dari lima tahun, industri sepeda kini
tak ubahnya pembalap yang nyaris mencapai garis finis, terengah-engah.
Soalnya, sejak Masyarakat Eropa (ME) menuding para produsen melakukan
aksi dumping, produk Indonesia langsung kehilangan daya saing. Maklum,
tuduhan itu telah menyebabkan negara pengimpor mengambil tindakan dengan
membebani sepeda yang masuk ke negeri mereka dengan bea masuk dan denda
berupa pajak. Jika sebelumnya sepeda Indonesia yang diekspor ke sana
bebas dari segala jenis pajak dan bea, sejak 1994 terkena bea masuk
sebesar 11,7% plus denda sebesar 28,4%.
Akibatnya, seperti yang terlihat pada statistik penjualan ekspor,
penjualan sepeda Indonesia ke ME menukik tajam. Jika pada 1992 hingga
1995 si roda dua masih terjual minimal 23 juta unit setahun, tahun lalu
merosot hingga tinggal 5,3 juta buah saja alias turun 77%. Padahal, 14
negara anggota ME ini merupakan pasar sepeda terbesar bagi Indonesia.
Sebelum penurunan yang drastis itu terjadi, 75% sepeda ekspor Indonesia
dijual ke negara-negara tersebut. Kini peran ME cuma tinggal 36% dari
total ekspor.
Buntut dari gebrakan ME ini sungguh mudah ditebak. Hanya kurang dari
setahun, sejak tarif ekstra berupa denda dumping ditetapkan, beberapa
produsen Ð terutama yang mengandalkan pasar ekspor -- langsung
kelimpungan. Federal Cycle Mustika (FCM) misalnya, yang terkenal dengan
sepeda Federalnya, mengundurkan diri karena menganggap bisnis ini tak
lagi menguntungkan. Begitupun Toyo Asahi, sejak tahun lalu sudah
hengkang dari arena dagang sepeda. "Sebenarnya, sayang juga
meninggalkan bisnis ini, karena kami memulainya dari nol. Tapi, apa
boleh buat, dengan pajak dan denda sebesar itu, sepeda jadi tak
menguntungkan lagi," kata Andi Hendrardi, Direktur FCM.
Yang kecil-kecil tanpa pajak pasti menang
Betul, sejak dihajar sanksi tuduhan dumping, sepeda buatan FCM tak lagi
mampu bersaing dengan sepeda-sepeda produksi Taiwan dan Italia. Tapi,
satu hal yang mengherankan Andi, kenapa Italia yang menjual produknya di
bawah harga jual Federal tidak dikenai sanksi. Selain itu, FCM juga
merasa penasaran dengan tuduhan tersebut. Karena pihaknya tidak merasa
menjual lebih murah daripada harga di pasar lokal.
Di dalam negeri, FCM menjual sepedanya dengan harga sekitar Rp 150.000
per unit. Ini jelas tak jauh berbeda dengan harga jual ekspornya yang
US$ 72. Memang, ada beberapa jenis sepeda yang harganya sangat mahal.
Tapi, itu lantaran kelasnya jauh lebih tinggi ketimbang yang diekspor.
Model Competition, misalnya, dijual dengan harga Rp 1,25 juta.
Kini, karena tak mampu lagi bersaing, FCM bertekad untuk keluar dari
ajang bisnis sepeda. Bahkan, beberapa mesin pencetak rangkanya telah
ditawar PT Wijaya Indonesia Makmur (produsen sepeda WIM). Jadi tak
berbeda dengan nasib produsen sepeda di Malaysia dan Taiwan. Mereka
juga, gara-gara sanksi dumping, terpaksa melego mesin-mesin produksinya
ke Vietnam dan Srilangka.
Tekad untuk mundur ini tampaknya sudah bulat benar. Kendati pemerintah
(terutama BKPM), menurut Andi, berusaha membujuk FCM untuk tetap
bertahan. Soalnya, bukan cuma di pasar ekspor industri sepeda kena
gebuk. Di pasar domestik pun nasibnya tak lebih baik. Lihat saja
buktinya. Di dalam negeri, FCM tidak hanya bersaing dengan sesama
produsen besar, tapi juga harus berhadapan dengan bengkel-bengkel kecil
dan toko-toko yang melakukan perakitan sendiri. "Yang kecil-kecil itu
pasti mampu mengalahkan kami, karena mereka tidak membayar PPN yang
10%," kata Andi.
Bagi FCM, menutup warung sepeda bukan masalah besar. Soalnya, dulu
mereka terjun ke bisnis ini juga lantaran terdesak keadaan. Waktu itu,
tahun 1986, pasar sepeda motor sedang berada pada titik terendah. Tak
terkecuali penjualan Honda yang diproduksi Federal. Nah, untuk
menghindari PHK atas 500 karyawannya, produsen sepeda motor ini
melakukan diversifikasi usaha dengan memproduksi sepeda.
Ternyata sukses. Hanya dalam waktu dua tahun sepeda buatannya langsung
populer di kalangan konsumen. Ini berkat gencarnya promosi yang
dilakukannya, yang menghabiskan biaya sampai Rp 2 miliar setahun.
Sekarang, ketika langkah si roda dua dihambat sanksi dumping, FCM
"dengan senang hati" mundur dari percaturan bisnis. Apalagi, pasar
sepeda motor kini sedang marak, sehingga 500-an karyawan dari pabrik
sepeda kembali termanfaatkan. "Jadi, kami memang sudah sibuk. Dan, yang
penting, tidak usah serakahlah," kata Andi.
Pasar lokal sebenarnya masih terbuka lebar
Jika FCM bisa dengan mudah membanting setir, lantas bagaimana dengan
nasib 200-an karyawan Toyo Asahi? Wallahualam. Yang jelas, beberapa
produsen eksportir berusaha mengalihkan pasar mereka dari terkaman
sanksi dumping ME. PT Jawa Perdana, misalnya, kini telah memperoleh
pasar pengganti, yakni Jepang. Sedangkan WIM, terlihat sedang berkutat
menggarap pasar dalam negeri untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan
Federal.
Pasar domestik sendiri, sebenarnya, masih sangat luas untuk digarap.
Menurut Andi, populasi sepeda di Indonesia saat ini baru 1:12. Jadi
masih jauh di bawah Cina yang populasinya mencapai 1:3,4 atau Belanda
yang 1:1,05.
Tapi, pengalihan pasar itu tidak menggambarkan eksportir Indonesia
menyerah pada tuduhan ME. "Kami sudah meminta agar ME meninjau kembali
tuduhan dumpingnya," kata Prihadi, Ketua AIPI (Asosiasi Industri
Persepedaan Indonesia). Selain mengajukan protes langsung ke ME, AIPI
juga telah mengadukan penderitaannya pada Komisi Anti-Dumping Indonesia
(KADI)
Hasilnya? Kita lihat nanti. Yang jelas, pihak KADI sendiri tak tinggal
diam. Mereka kini tengah mengumpulkan fakta untuk membuktikan kebenaran
tuduhan ME. "Kalau kelak terbukti tuduhan itu tidak benar, kami akan
meminta agar ME meninjau kembali keputusannya," kata Taufiek Abbas,
Wakil Ketua KADI. 


Ciri-ciri Sepeda Federal Asli


1. Ciri Ciri Sepeda Federal Asli
Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk memastikan sebuah Sepeda Federal asli atau tidak, karena Sepeda Federal mempunyai ciri khas tertentu yang tidak diikuti oleh para pembuat sepeda federal generik/kw. berikut beberapa ciri-ciri sepeda Federal yang asli :

1. Built Quality yang begus (las-lasan rapi, Cat rapi, walapun sudah tua atau lusuh tapi terlihat mantap)
2. kalau ada nomor seri bisa terdapat di 3 posisi:
* di bawah bb (menghadap ke jalanan)
* di sisi kiri bawah seat tube dekat FD
* di headtube bagian belakang
3. seat stay ujungnya meruncing menempelnya ke seattube dari samping
4. di atas dudukan rem Cantilever brake/vbrake belakang ada bracket untuk pasang rear rack (mirip cable cage)
5. pipa Seat Tube bagian atas yang lubangnya untuk dimasukan seatpost dibuat meruncing
6. Sebagian Decal-nya nya adalah tulisan Cycle2000 dan PT. Federal Cycle Mustika

Sepeda Federal asli tidak harus mengikuti semua ciri ciri diatas, karena ada sebagian Sepeda federal yang asli pipa seat tube nya langsung dilas di bagian belakang seat tube, selain itu sebagian sepeda federal asli, terutama tipe tipe yang lebih tua belum mempunya nomor seri.

2. Tipe Sepeda Federal
Tipe Sepeda Federal yang sampai saat ini teridentifikasi, mohon di infokan apabila ada type yang lain.(di urut berdasarkan abjad)

1. Alley Cat

2. Alpenz Peak
3. Alpha
4. Amazone

5. Beta
6. Big Cat
7. Bob Cat

8. Chambers

9. City Cat

10. City Tour
11. Competition
12. Emerald
13. Flamingo
14. Jaguar

15. Lady Cat
16. Monaco Terrain
17. Montreal
18. Moonstone

19. Mount Everest

20. Mountain Hawk

21. Muddy Cat

22. Panther
23. Paragon

24. Poema
25. Pussy Cat
26. Rock Blazzer
27. Rock Hopper
28. Stallion 
29. Strobo

30. Stone Cat
31. Stray Cat

32. Street Cat

33. Tom Cat
34. Torino

35. Torino Terrain

36. Venus

37. Wild Cat

38. Xross 1000


sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000006338668/galeri-amp-lounge-kumpulan-pemilik-federal/

Inilah diriku..inilah identitasku..

Memang anak senirupa terkenal dengan anehnya. Ada yang mengatakan anak-anak senirupa itu gila. Banyak yang berpendapat demikian. Tapi menurut pandanganku, mereka bukanlah seorang yang gila, tapi mereka berusaha untuk mengekspresikan diri mereka sesuai dengan isi pikiran mereka.

Aku juga seorang anak senirupa di salah satu universitas di Padang. Diterima masuk di Universitas tahun 2010 lalu. Dari dulu kelakuanku memang agak aneh. Di sekolah temanku hanya sedikit yang akrab. Sampai sekarang aku hanya ingat hanya sedikit saja nama-nama mereka, walaupun satu angkatan dan sudah tiga tahun bersama di sekolah. Mengingat nama adalah hal yang sulit untukku.

Mungkin di sekolah aku aneh. Semua mungkin tahu akan keberadaanku di sekolah. Ada identitas yang menunjukkan keberadaan diriku. Selain terkenal karena orang tuaku juga mengajar di sekolah, ada identitas lain yang menunjukkan keberadaanku. Memiliki hoby yang aneh dengan yang lainnya. Ekstra kulikuler yang aku ikuti juga yang berbeda dari yang teman-teman ikuti.

Aku ambil Ekstrakulikuler Satria Nusantara (SN), latihan tenaga dalam. Latihan malam di sekolah, keliling melatih kepekaan, merasakan keberadaan mereka di dunia lain. Bergantung di lampu Neon, bermain sepak takraw dengan bohlam lampu 10 watt.

Pulang sekolah tidak langsung pulang, tapi main dulu di lapangan tennis sekolah. Handstand, jalan pakai tangan, dan lain-lain.

yang paling menjadi identitasku di sekolah adalah tiap hari aku berangkat dan pulang sekolah dengan sepeda. Headset besar selalu terpasang ditelingaku. Nusik tidak lepas dalam keseharianku. Dan sampai sekarang sepeda menjadi identitasku, apalagi setelah touring Padang-Curup dan Padang-Jogja kemarin. Orang-orang semakin mengenalku dengan sepeda. Sepeda menjadi identitas diriku sampai hari ini. berbagai macam istilah muncul dan diberikan untukku. Afif dengkul, Monster, dan sebagainya.

setelah tamat SMA, sebelum diterima di Universitas, ada ide gila yang membuatku hampir terkenal di Jurusan Seni rupa. Sebuah ide memanfaatkan barang bekas muncul saat itu ketika aku melihat tas aneh yang berupa tas berduri. Ide tas dari galon muncul dikepalaku.

dengan memanfaatkan tas bekas dan juga galon bekas, jadilah sebuah tas yang unik menurutku. Sebuah tas galon sekarang juga menjadi identitasku. Orang kenal denganku dengan tas galonku. walaupun orang tidak tahu namaku, tapi mereka kenal dari tas galon yang sering kupakai. Aneh memang. Tapi bagiku sebuah kebanggaan karena setiap aku memakai aku bisa membuat orang bahagia. Mereka yang melihat pasti akan tersenyum bahkan tertawa. Aku tidak malu, tapi bangga..

karena inilah diriku, inilah identitasku. Mereka tidak mengenalku, namaku, tapi mereka kenal aku karena identitasku yang selalu bersepeda dan tas galonku..