Wednesday 16 August 2017

RUMAH KH AGUS SALIM DI KOTO GADANG SUMATERA BARAT

Sejarah Singkat Agus Salim

Agus Salim
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-3
Masa jabatan
3 Juli 1947 – 20 Desember 1949
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSutan Syahrir
Didahului olehSutan Syahrir
Digantikan olehMohammad Roem
Menteri Muda Luar Negeri Indonesia ke-1
Masa jabatan
12 Maret 1946 – 3 Juli 1947
PresidenSoekarno
Didahului olehJabatan Baru
Digantikan olehTamsil
Informasi pribadi
Lahir8 Oktober 1884
Bendera Belanda Koto GadangAgamSumatera BaratHindia Belanda
Meninggal4 November 1954 (umur 70)
Bendera Indonesia JakartaIndonesia
KebangsaanIndonesia
Anak8
ProfesiJurnalisDiplomat
AgamaIslam
Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran"); lahir di Koto GadangAgamSumatera BaratHindia Belanda8 Oktober 1884 – meninggal di JakartaIndonesia4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961[1].

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke JeddahArab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.

Karya tulis[sunting | sunting sumber]

  • Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia
  • Dari Hal Ilmu Quran
  • Muhammad voor en na de Hijrah
  • Gods Laatste Boodschap
  • Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober 1954)

Karya terjemahan[sunting | sunting sumber]

Karier politik[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.
Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
  • anggota Volksraad (1921-1924)
  • anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
  • Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
  • pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
  • Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
  • Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949

Presiden Sukarno dan Agus Salim dalam tahanan Belanda, 1949.
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan pada tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim dikenal masih menghormati batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.
Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal.
Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola di Padang.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim

Ini adalah foto rumah KH Agus Salim yang berada di Koto Gadang.



Berikut adalah video perjalanan ke rumah KH Agus Salim di Koto Gadang Sumatera Barat



Tuesday 1 August 2017

MONYET DIBONCENG NAIK MOTOR DUDUK SANTAI || ALEU IGEI

"Baruak" atau bahasa sehari-hari disebut monyet yang di pelihara masyarakat minang dan difungsikan untuk mengambil kelapa di pohon, tanpa harus manusia yang memanjatnya, tengah dalam perjalanan pulang dengan majikannya setelah mengambil kelapa.

Pemandangan ini sering terlihat di sekitar jalan dari singkarak menuju Solok pada sore hari (beberapa kali saya lewat dan selalu terlihat).