HARI VI (Minggu, 12 Januari 2014)
Siak kecil 08.25 am
Berhenti di sebuah masjid untuk buang hajat yang tertahan
dari malam tadi karena tidak ada tempat penyaluran untuk membuang. Izin tidur
saja susah. Apalagi untuk itu.
Laju sepeda tertahan sebatas maksimal 17 km/jam karena angin
kencang. Kaki sudah tak sanggup lagi mengayuh karena serasa sangat berat.
Target harus tiba di dumai sore ini diragukan karena melihat keadaan yang
sangat tidak mendukung. Sinyal pun tak ada. Tri kosong, im3 juga. Hanya kartu as
yang memiliki sinyal.
jalan lurus dan berangin |
Bau dupa ciri khas orang china tercium semerbak hampir di
sepanjang jalan di siak kecil kabupaten bengkalis.
Sungai pakning 09.35 am
Jalan sepeda masih saja lambat karena angin deras
yang menghadang bagai tembok. Kecepatan maksimal hanya sebatas 15 km/jam. Jalan
datar dan lurus membuat perasaan miris, serasa sepeta tak jalan dikayuh.
berhenti di apotek Sungai Pakning |
Pelintung 17.00
Sekitar 25 km dari pusat kota dumai. Saya berhenti di
komplek prumahan untuk menunaikan shalat zuhur dan ashar di mushala perumahan
yang terletak tepat di depan gerbang perumahan.
Usai shalat seorang berjubah putih dengan janggut panjang
menghampiri mau menanyakan perihal darimana dan mau kemana. Usai pertanyaan ku
jawab, terjadi dialog dan obrolan singkat, yang kemudian sepotong hadist yang
berisikan doa tentang orang yang bemusafir. Ia mencatatkan doa itu di selembar
kertas yang kemudiam diberikan kepadaku. Aku memang pernah mendengat dan
mungkin hafal. Tapi sekarang sudah lupa semua. Sedikit tapi bermanfaat.
Sepotong doa dan zikir selama perjalanan yang ia berikan bagaikan sebuah
hidayah untuk tetap berada dijalan-Nya. Ku anggap sebuah hadiah terbesar yang
telah Dia berikan untukku selama perjalanan 6 hari ini. Ingin bicara banyak
memang, tapi waktu yang memaksa saya untuk melanjutkan perjalanan sebelum malam
datang. Dumai 25 km lagi.
Dumai 18.00 pm
Sepeda kusandarkan di trotoar kota dumai di depan plaza
ramayana Dumai. Jus pokat menemaniku hingga mas nury datang dan azan maghrib
menjelang.
Hari terakhir di Indonesia dalam kayuh serumpun sebelum esok menyebrang dengan menggunakan ferry menuju Port Klang dumai. Banyak pelajaran spiritual yang ku dapat sepanjang perjalanan 6 hari dari Padang menuju Dumai. Allah Maha Dekat, Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan. Allah Maha Kaya segala-galanya. Allah Maha Kuat, Allah segala-galanya.
Tiba di kota Dumai |
Banyak sekali yang kurasakan nikmat-nikmat yang tak kuduga yang ku dapat selama perjalanan ini. Seperti hari ini, jarak 150 km yang ku tempuh dengan kondisi angin kuat, kurang tidur, fisik yang lemah, tapi Allah Maha Kuat, Allah Tuhan Semesta Alam yang mengatur semuanya. Tak masuk akal memang kalau ku intropeksi diri terhadap perjalanan beberapa hari ini, dari persiapan hingga hari ini aku berdiri di ujung indonesia dan esok akan masuk ke negara Malaysia yang awalnya memang seperti mimpi saja. Allahu Akbar!!
Start jam 07.30 am
Finish jam 18.30 pm
Time 8.01.31 h
Dst 153.92 km
Av 19.1 km/h
Max 32.0 km/h
Cal 1839.2
Odo 637.9 km + 25 km yg hilang karena speedo mati pas
hujan
HARI VII (Senin, 13 Januari 2014)
Pelabuhan Dumai 11.30
Rumah Mas Nury sebelum berangkat ke pelabuhan |
Berfoto di ikon kota Dumai "Lencang Kuning" |
Antrian panjang saat stempel di paspor satu persatu ditandai
sebagai tanda kami akan keluar dari indonesia. Setelah itu semua orang duduk di
ruang tunggu sebelum masuk ke kapal. Sepeda ku lihat dari kejauhan sudah terparkir
di pinggir dermaga menunggu dinaikkan ke atas ferry.
Antrian panjang di depan pintu kapal untuk mencek tiket kami
satu persatu dan juga cek dan pemberian label untuk barang masing-masing.
Uang sebesar 20.000 ribu aku berikan kepada orang yang akan
menaikkan dan menurunkan sepedaku.
Kapal yang akan membawaku keluar dari Indonesia |
Sebuah bendera malaysia terkait di rak belakang sepedaku.
Rupanya seorang telah meletakkannya di sana. Seorang pesepeda entah dari mana
yang memang telah aku lihat sedari ruang tunggu tadi. Secarik kertas kecil
bertuliskan "cycling around the world for cancer research. To follow the
journey or donate please visit www.cycling4cancer.com"
Sebenarnya ingin ku sapa si cyclist. Tapi aku sudah tak
boleh keluar masuk lagi.
Ferry 14.26
Aku sudah bangun tidur bangun tidur bangun makan biskuit
tidur dan bangun lagi. Film fast to forious terbaru tertayang di lcd 21 inch di
depan. Isi di dalam kepala ini penuh pertanyaan, setiba di port klang harus
kemana aku? Langsung ke pintu exit atau ada urusan imigrasi lagi? Dan sekarang
pertanyaan itu masih berputar di kepalaku.
Port klang 16.00 waktu indonesia
Tiba di luar indonesia pertama kalinya,port klang malaysia.
Port Klang disambut Abang Raja Hassan dan Wak Abdul Rahim Mahmudin |
HARI VIII (Selasa, 14 januari 2014)
Jam 8.20 waktu malaysia.
Kami 7 orang mengayuh dan 2 orang
menggunakan motor, kami 1 genk berangkat menuju pantai remis untuk kayuhan
persahabatan.
Pantai remis, pantai tak berombak, seperti danau dan
berlumpur. Seperti pantai pariaman. Banyak penjual sea food dan warung makan
seafood. Cocok untuk piknik. Tenang dan senyap. Tak ada pengemis, pengamen dan pengganggu
lainnya seperti pantai di sumatera barat.
Rumah Wak dan Kak Ija Zahri di Kapar Klang |
Pukul 15.20 pm waktu malaysia
Makan di sungai sembilang. Makan seafood beramai-ramai. Dah
makan mata ngantuk. Alhamdulillah semua menyambut dengan baik, dan semua sibuk
mengatur perjalananku besok.
Tapi yang aku masih fikir disini kok banyak gagaknya. Belum
pernah melihat kondisi burung gagak sebanyak ini sebelumnya di indonesia. 16.16
waktu malaysia.
burung gagak yang terbang bebas tanpa ada gangguan |
Habis mengayuh persahabatan dua negara kami menikmati asam pedas sungai sembilang |
17.15 waktu malaysia
Sedikit accident karena aku terjatuh setelah menabrak ban
belakang kak tun teja yang tiba-tiba mengarah ke kiri jalan karena hendak
berhenti melihat teman-teman lain berhenti di sebuah surau.
Malaysia tumpah darahku juga, begitulah ucapan yang keluar
dari mulut wak abdul rahim mahmudin melihat lututku memerah mengeluarkan darah
ketika tiba di rumahnya. Kamera rusak karena terbanting tadi. Hasil potret
menjadi merah dan bergaris.
Dengan mengucap basmalah ku bongkar sendiri kamera dengan
peralatan yang ada. Terlihat di dalam kabel berupa tikar dari lensa kamera
terlihat tak lurus tepat dilubangnya. Aku luruskan dan ku hidupkan kamera dan
alhamdulillah sehat kembali. Kapar, 18.49