Tuesday, 4 February 2014

KAYUH SERUMPUN (HARI VI - X)



HARI VI (Minggu, 12 Januari 2014)

Siak kecil 08.25 am

Berhenti di sebuah masjid untuk buang hajat yang tertahan dari malam tadi karena tidak ada tempat penyaluran untuk membuang. Izin tidur saja susah. Apalagi untuk itu.

Laju sepeda tertahan sebatas maksimal 17 km/jam karena angin kencang. Kaki sudah tak sanggup lagi mengayuh karena serasa sangat berat. Target harus tiba di dumai sore ini diragukan karena melihat keadaan yang sangat tidak mendukung. Sinyal pun tak ada. Tri kosong, im3 juga. Hanya kartu as yang memiliki sinyal.

jalan lurus dan berangin
 
Bau dupa ciri khas orang china tercium semerbak hampir di sepanjang jalan di siak kecil kabupaten bengkalis.

Sungai pakning 09.35 am

Jalan sepeda masih saja lambat karena angin deras yang menghadang bagai tembok. Kecepatan maksimal hanya sebatas 15 km/jam. Jalan datar dan lurus membuat perasaan miris, serasa sepeta tak jalan dikayuh.

berhenti di apotek Sungai Pakning

Pelintung 17.00

Sekitar 25 km dari pusat kota dumai. Saya berhenti di komplek prumahan untuk menunaikan shalat zuhur dan ashar di mushala perumahan yang terletak tepat di depan gerbang perumahan.

Usai shalat seorang berjubah putih dengan janggut panjang menghampiri mau menanyakan perihal darimana dan mau kemana. Usai pertanyaan ku jawab, terjadi dialog dan obrolan singkat, yang kemudian sepotong hadist yang berisikan doa tentang orang yang bemusafir. Ia mencatatkan doa itu di selembar kertas yang kemudiam diberikan kepadaku. Aku memang pernah mendengat dan mungkin hafal. Tapi sekarang sudah lupa semua. Sedikit tapi bermanfaat. Sepotong doa dan zikir selama perjalanan yang ia berikan bagaikan sebuah hidayah untuk tetap berada dijalan-Nya. Ku anggap sebuah hadiah terbesar yang telah Dia berikan untukku selama perjalanan 6 hari ini. Ingin bicara banyak memang, tapi waktu yang memaksa saya untuk melanjutkan perjalanan sebelum malam datang. Dumai 25 km lagi.

Dumai 18.00 pm

Sepeda kusandarkan di trotoar kota dumai di depan plaza ramayana Dumai. Jus pokat menemaniku hingga mas nury datang dan azan maghrib menjelang.

Hari terakhir di Indonesia dalam kayuh serumpun sebelum esok menyebrang dengan menggunakan ferry menuju Port Klang dumai. Banyak pelajaran spiritual yang ku dapat sepanjang perjalanan 6 hari dari Padang menuju Dumai. Allah Maha Dekat, Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan. Allah Maha Kaya segala-galanya. Allah Maha Kuat, Allah segala-galanya.

Tiba di kota Dumai

Banyak sekali yang kurasakan nikmat-nikmat yang tak kuduga yang ku dapat selama perjalanan ini. Seperti hari ini, jarak 150 km yang ku tempuh dengan kondisi angin kuat, kurang tidur, fisik yang lemah, tapi Allah Maha Kuat, Allah Tuhan Semesta Alam yang mengatur semuanya. Tak masuk akal memang kalau ku intropeksi diri terhadap perjalanan beberapa hari ini, dari persiapan hingga hari ini aku berdiri di ujung indonesia dan esok akan masuk ke negara Malaysia yang awalnya memang seperti mimpi saja. Allahu Akbar!!


Start jam 07.30 am
Finish jam 18.30 pm
Time 8.01.31 h
Dst 153.92 km
Av 19.1 km/h
Max 32.0 km/h
Cal 1839.2
Odo 637.9 km + 25 km yg hilang karena speedo mati pas hujan



HARI VII (Senin, 13 Januari 2014)

Pelabuhan Dumai 11.30

Rumah Mas Nury sebelum berangkat ke pelabuhan

Berfoto di ikon kota Dumai "Lencang Kuning"

Antrian panjang saat stempel di paspor satu persatu ditandai sebagai tanda kami akan keluar dari indonesia. Setelah itu semua orang duduk di ruang tunggu sebelum masuk ke kapal. Sepeda ku lihat dari kejauhan sudah terparkir di pinggir dermaga menunggu dinaikkan ke atas ferry.
 
Antrian panjang di depan pintu kapal untuk mencek tiket kami satu persatu dan juga cek dan pemberian label untuk barang masing-masing.

Uang sebesar 20.000 ribu aku berikan kepada orang yang akan menaikkan dan menurunkan sepedaku.

Kapal yang akan membawaku keluar dari Indonesia

Sebuah bendera malaysia terkait di rak belakang sepedaku. Rupanya seorang telah meletakkannya di sana. Seorang pesepeda entah dari mana yang memang telah aku lihat sedari ruang tunggu tadi. Secarik kertas kecil bertuliskan "cycling around the world for cancer research. To follow the journey or donate please visit www.cycling4cancer.com"
Sebenarnya ingin ku sapa si cyclist. Tapi aku sudah tak boleh keluar masuk lagi.

Ferry 14.26

Aku sudah bangun tidur bangun tidur bangun makan biskuit tidur dan bangun lagi. Film fast to forious terbaru tertayang di lcd 21 inch di depan. Isi di dalam kepala ini penuh pertanyaan, setiba di port klang harus kemana aku? Langsung ke pintu exit atau ada urusan imigrasi lagi? Dan sekarang pertanyaan itu masih berputar di kepalaku.

Port klang 16.00 waktu indonesia

Tiba di luar indonesia pertama kalinya,port klang malaysia.

Port Klang disambut Abang Raja Hassan dan Wak Abdul Rahim Mahmudin


HARI VIII (Selasa, 14 januari 2014)

Jam 8.20 waktu malaysia.

Kami 7 orang mengayuh dan 2 orang menggunakan motor, kami 1 genk berangkat menuju pantai remis untuk kayuhan persahabatan.

Pantai remis, pantai tak berombak, seperti danau dan berlumpur. Seperti pantai pariaman. Banyak penjual sea food dan warung makan seafood. Cocok untuk piknik. Tenang dan senyap. Tak ada pengemis, pengamen dan pengganggu lainnya seperti pantai di sumatera barat.

Rumah Wak dan Kak Ija Zahri di Kapar Klang

 Pukul 15.20 pm waktu malaysia

Makan di sungai sembilang. Makan seafood beramai-ramai. Dah makan mata ngantuk. Alhamdulillah semua menyambut dengan baik, dan semua sibuk mengatur perjalananku besok.

Tapi yang aku masih fikir disini kok banyak gagaknya. Belum pernah melihat kondisi burung gagak sebanyak ini sebelumnya di indonesia. 16.16 waktu malaysia.

burung gagak yang terbang bebas tanpa ada gangguan

Habis mengayuh persahabatan dua negara kami menikmati asam pedas sungai sembilang

17.15 waktu malaysia

Sedikit accident karena aku terjatuh setelah menabrak ban belakang kak tun teja yang tiba-tiba mengarah ke kiri jalan karena hendak berhenti melihat teman-teman lain berhenti di sebuah surau.
Malaysia tumpah darahku juga, begitulah ucapan yang keluar dari mulut wak abdul rahim mahmudin melihat lututku memerah mengeluarkan darah ketika tiba di rumahnya. Kamera rusak karena terbanting tadi. Hasil potret menjadi merah dan bergaris.

Dengan mengucap basmalah ku bongkar sendiri kamera dengan peralatan yang ada. Terlihat di dalam kabel berupa tikar dari lensa kamera terlihat tak lurus tepat dilubangnya. Aku luruskan dan ku hidupkan kamera dan alhamdulillah sehat kembali. Kapar, 18.49

Tuesday, 7 January 2014

KAYUH SERUMPUN (HARI I - V)

Kayuh serumpun merupakan kegiatan bersepeda, berwisata, belajar, dan mencari pengalaman. Kayuh serumpun rencananya akan melewati 3 propinsi di indonesia dan 3 negara tetangga yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

PERSIAPAN

Sebenarnya bisa dikatakan saya tidak memiliki persiapan untuk turing kali ini dan mendadak lagi, alasannya karena awalnya ingin mengajukan permohonan sponsor dan akhirnya batal karena KTP yg dibutuhkan untuk pembuatan Passport hilang, dan ketemu lagi setelah seminggu sebelum keberangkatan.


Beberapa hal yang saya persiapkan untuk dibawa selama perjalanan diantaranya :
peralatan tidur

peralatan masak

peralatan elektronik

panniers

peralatan sepeda

perawatan tubuh


Dan ada beberapa peralatan dan kelengkapan lainnya yang belum termasuk ke dalam ini.


HARI I (Selasa, 07 Januari 2014)

Hari pertama ini merupakan hari terberat sepanjang perjalanan kayuh serumpun, karena telah dilihat terlebih dahulu dari beberapa situs pemetaan bahwa rute terberat adalah pada hari pertama ini. Bermula dari elevasi 0 mdpl menuju elevasi 1100 mdpl tertinggi.

Rute hari ini sejauh kurang lebih 90 km, yaitu Padang menuju Bukittinggi. Tak banyak yang tercatat dan menarik pada hari ini, karena sudah terbiasa dengan rute ini.
Jalan menuju padang panjang setelah Lembah Anai

Oh ya, pada hari ini sampai ke Bukittinggi saya ditemani Srikandi Aceh-Padang asal Sumatera Barat yang bernama Rima. Sehingga besok ia akan menemani perjalanan saya sampai ke Payakumbuh.


HARI II (Rabu, 08 Januari 2014)

 hari ini bergerak dari Bukittinggi menuju Payakumbuh dan berakhir di Pangkalan. Jarak yang ditempuh sejauh 88 km. Banyak pelajaran berharga hari ini yang didapat. Nasehat-nasehat dari orang-orang yang ditemui di pinggir jalan menjadi pengalaman yang sangat berharga.

Nasehat pertama datang dari seorang bapak di kedai kopi di Payakumbuh. Bapak itu berkata "Jan lupo nan saketek tu kalau nio iduik sanang. Jan lupokan!". "Jangan lypakan yang sedikit kalau mau hidup senang dimanapun. Jangan lupakan!".

Maksud nasehat itu adalah pelajari tata cara dan budaya orang di daerah yang kita lalui. Semuanya, paling tidak bahasanya. "Kalau ang bisa bahaso urang tu saketek, dima se ang insyaallah dapek kemudahan. Ambo sobok jo urang Bengkulu ambo pakai bahaso Bengkulu. Ambo sobok jo urang aceh ambo pakai bahaso Aceh'"

"Kalau kamu bisa berbicara bahasa orang itu walaupun sedikit, dimanapun kamu insyaallah akan dapat kemudahan. Saya bertemu dengan orang Bengkulu saya pakai Bahasa Bengkulu. Saya bertemu dengan orang aceh saya ngomong bahasa Aceh." Jangan lupakan yang sedikit pesan bapak itu kepadaku.

Pesan yang kedua datang dari penjaga warung. Ia berkata dimanapun jangan tinggalkan shalat, karena shalat itulah benteng dari segala hal yang buruk. Ia berkata demikian karena bernjak dari pengalaman ia dulu selama di "dunia hitam."

"Menebar Angin, Menuai Badai"
"Menebar Benih, Menuai Padi"

"Apa yang kita perbuat, semua akibatnya kepada kita sendiri. Baik yang kita buat di awal, baik pula hasil yang akan kita halikan di akhir. Buruk yang kita buat di awal, akibatnya kita yang tanggung sendiri", Pesan Bang Hendra kedai depan rumah makan Terang Bulan sebelum kelok sembilan. Pesan yang bermakna dan begitu dalam.
JEmbatan Kelok Sembilan

HARI III (Kamis, 09 Januari 2014)

Kesabaran dan kekuatan hati untuk menaklukkan semua bentuk jalanan sepanjang 140 km dari Pangkalan hingga ke Pekanbaru ini. Habis sudah waktu tiga hari ditempuh untuk melibas habis jalanan dari Padang ke Pekanbaru yang berjarak kira-kira 320 km dari kota Padang.

Perbatasan Sumatera Barat dan Riau


Pekanbaru aku di tampung oleh Umar Sang Petualang yang merupakan anggota jauh dari Padang Mt. Bike. Di rumah Umar ini aku merasakan kembali suasana Pondok Pesantren sekitar 6 atau 7 tahun lalu. Sepertinya aku sedikit 'culture shock' karena sudah lama tidak merasakan susana seperti itu lagi. Hidup diantara orang-orang berjubah dan berjilbab panjang, orang-orang yang memiliki janggut panjang dan celana di atas mata kaki. Suasana yang terasa sedikit aneh tapi akusudah merasakan lama hidup diantara orang-orang seperti itu dulu. Bahkan akupun memakai pakaian dan gaya hidup yang sama. Tapi kali ini aku sudah terlalu bebas dan terlalu jauh dari agama sehingga merasa menjadi orang aneh diantara mereka. Aku hanya bersikap biasa saja.

HARI IV (Jumat, 10 Januari 2014)

Kemarin aku berencana untuk lanjut setelah jumat, dengan alasan karena hari sebelumnya aku sudah lumayan berat harus mengayuh 140 km dengan tenaga ekstra. Tapi karena ingat sesuatu, pukul 09.00 aku berangkat meninggalkan rumah Umar bergerak menuju siak. Berbekal GPS android aku berjalan digiring menuju pusat kota Pekanbaru dan berfoto disana, di kilometer nol kota Pekanbaru.

Kayuhan hari ini tak begitu jauh. Hanya sejauh 60 km saja, tapi dengan trek yang lumayan berat. Karena melewati kebun sawit yang tak ada orang dan sangat sepi. Sepanjang 7 km jalan rusak di tengah kebun sawit yang sebelumnya aku tak tahu dimana ujungnya.

jalan rusak di tengah kebun sawit

ku terguling diantara ribuat pohon sawit

rumah makan yang pernah disinggahi pak aminin peturing ontel indonesia


Akhirnya perjalanan aku akhiri di sebuah rumah makan di simpang Bakal. Entah dimana posisinya kalau di lihat di googlemap. Akupun tak tahu pasti dimana.


HARI V (Sabtu, 11 Januari 2014)

 Bergerak dari rumah makan sekitar pukul 07.30 setelah sarapan pagi dengan semangkuk queaker oat dan segelas teh hangat. Hari ini bagiku adalah hari paling membosankan sepanjang kayuh serumpun, dikarenakan hari ini untuk pertama kalinya aku mengetahui dan melihat dengan mata kepalaku sendiri jalan lurus datar yang hampir tak berujung yang pernah ada dan aku lihat seumur hidupku. Awalnya jalanan menyenangkan walaupun banyak yang lurus, tetapi ada sedikit variasi dalam bentuk roling-roling, atau kawan-kawan malaysia bilang jalan dragon back. Anginpun juga mendukung karena speed sepeda full pannier yang ku kayuh sanggup melebihi 35 km/jam dan sesekali sampai 30 km/jam di tanjakan dragon back.

Kebosanan ini muncul di kilometer 18 sebelum masuk ke siak. Saat itu suasana panas dan berangin kuat, dan jalan sepanjang 18 km itu ternyata lurus tanpa ada seikitpun tikungan dan datar. Aku lihat di ujung jalan hanya fatamorgana bagai tak berujung di tengah terik matahari ini.

angin kencang sepanjang perjalanan menuju siak

jalan lurus tak berujung sepanjang 18 km

jembatan siak

istana siak

Sepeda terus ku kayuh walaupun dengan angin menahan kecepatan antara 14-16 km/jam. Beruntung handlebar telah ku ganti menjadi dropbar, sehingga ada variasi pegangan. Di tengah angin kencang aku hanya mampu mengayuh 17 km/jam dengan power maksimal. Sangat melelahkan. Bukan fisik saja, tapi mental juga. Aku seperti orag gila di atas sepeda. Sempat terlintas di fikiran andai saja ada automatic handle atau supir otomatis pada pesawat, maka akan ku aktifkan modul ini dan aku biarkan kaki terus mengayuh dengan mata terpejam. Ada juga sesekali aku pejamkan mata saat mengayuh beberapa detik dan kubiarkan sepeda terus berjalan dan tetap saja sepeda berjalan lurus. Hahahaha...
Aku gila dalam fikiranku..

Hari ini finish di kilometer 154 sebelum dumai. Total kayuhan hari ke lima ini sejauh 118.82 km dengan rata-rata kecepatan 20,0 km/jam.

Tak cukup dengan cobaan siang hari saja. Malam pun aku dapat cobaan dan harus bersabar lagi. Pukul 18.30 saat azan maghrib berkumandang aku berhenti mengayuh dan makan di sebuag rumah makan kecil yang aku tak tahu nama daerahnya dimana. Ketika makan, beberapa orang turun dari bus dan langsung menyerbu rumah makan. Baru aku ketahui bahwa mereka adalah pekerja pada sebuah tambang yang aku juga tak tahu namanya.

Niat dari awal aku ingin numpang istirahat di rumah makan ini, tapi melihat begitu banyak orang, dan beberapa orang yang telah makan melanjutkan ritual main domino, tentu ini membuatnku kurang nyaman, karena bagaimanapun aku harus waspada dengan siapapun, jadi ku fikir ini bukan tempat yang tepat untuk menumpang beristirahat.

Aku keluar dan mendorong sepeda ke sebuah warung yang cukup besar untuk daerah itu. Rencana awal ingin numpang istirahat disana, karena aku melihat ada bangku panjang di depan warung, dan ada halaman kecil yang bisa aku berdirikan tenda. setelah sampai di sana seseorang bertanya dari mana hendak kemana. Belum sempat aku mengutarakan maksud untuk numpang bermalam, orang itu langsung menyuruhku pergi ke ketua RT untuk minta izin dan menumpang istirahat disana. Ia menunjukkan arah ke tempat pak RT. Aku fikir dalam hati betapa ribetnya untuk numpang tidur saja. Tapi tak apalah asal bisa istirahat sukup malam ini, karena esok aku harus menempuh jarak kurang lebih 150 km untuk menuju dumai. Jarak yang Jauh.

Aku langsung bergerak menuju arah yang ditunjukkan. Tapi alangkah kagetnya aku ketika aku masuk hanya terlihat pohon sawit dan beberapa rumah saja. Suasana gelap dan rumah yang ditunjuk aku tak bisa melihatnya walaupun sudah diterangi lampu. Aku keluar dan berbalik arah ingin kembali lagi ke warung. Tapi aku urungkan. Ada sebuah warung lain dan akupun kesana.

Aku masuk dan semua mata langsung tertuju kepada ku. Semua orang disana sedang main koa. Melihat itu aku langsung berfikir aku tak bisa tidur disana. Mau balik arah tapi aku sudah masuk dan semua orang langsung melihatku. Aku langsung mengutarakan maksud untuk numpang istirahat disana, tapi semua orang cuek tak memperdulikanku. Kecuali satu orang. Ia juga perantauan dari sumatera barat. Ia memesankan segelas teh dan bertanya kepada ku. Setelah kuutarakan maksud hati hendak menumpang, ia menyuruhku menunggu sampai yang punya warung kembali. Aku sampe tertidur di kursi menunggu si pemilik warung datang. Satu jam setengah tanpa kabar yang jelas. Sudah pukul 9 malam sekarang. sedangkan aku harus istirahat malam ini.

Pukul 9.30 si pemilik datang. Tampang seperti koboi. Rambut sedikit panjang dan selalu tersisir rapi. Celana Jeans dan kumis tebal. Kacamata warna gelap. Padahal sekarang malam. Aku menghampiri dia dan bertanya dalam bahasa minang ingin numpang istirahat disana.

Permintaanku di tolak wlaupun ia punya halaman luas dan aku punya tenda untuk tidur disana. Tanpa alasan yang jelas ia menolak dan menawarkan aku ikut dengannya ke pasar minggu dan tidur disana. Langsung saja aku tolak. Dari pada tidak tidur. Namarnya saja pasar. Orang ramai dan aku harus tidur nyenyak. bukan dengan harus terjaga setiap saat memperhatikan barang-barang yang aku bawa. Aku tolak dan ia seperti sedikti kesal. Ya sudah aku pergi dari sana.

Pukul 10 malam aku masih tidak jelas mau tidur dimana. Ingin rasanya ku kayuh sepeda sampai mana saja dan tidur di bawah pohon sawit saja. Tapi aku berjuang kembali ke rumah makan tadi untuk numpang tidur. Sampai disana aku langsung saja bertanya ke orang yang disana, dan mentah-mentah ia jawab tidak bisa. Kamu harus izin sama yang punya warung. Aku tak tahu yang punya warung sudah tidur atau belum. Ada sebuah pondok kecil di luar disana aku ingin numpang tidur dan ditolak.

Beberapa orang yang sedang main domino tadi salah seorang bertanya kepadaku. Aku mengutarakan lagi keinginanku ingin numpang tidur, sambil menceritakan perjalananku dan kenapa aku tiba disini. Ia mengizinkan aku untuk tidur dengan para pekerja tambang. Sedikit perkataan dia yang tak enak, "Kalau mau tidur silahkan, tapi jangan macam-macam". Emang aku apaan mau macam-macam..

tapi tak apa yang penting aku bisa tidur malam ini. Pukul 11 malam lewat aku baru bisa tidur setelah semua barang-barangku ku masukkan ke dalam rumah. Alhamdulillah...

Sore ini tak mandi. Jangankan mau mandi, tidurpun susah. Tapi semua sudah direncanakan oleh Yang Di Atas. Semua memiliki hikmah yang dalam. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan...

pemandangan matahari terbenam di pinggir jalan yang tak tahu namanya